Zora duduk diatas kursi di depan meja riasnya. Ia meletakkan kue ulangtahun dihadapannya dan tersenyum lirih. Ia menghidupkan lilin kue ulang tahun dan mulai menyanyikan lagu selamat ulangtahun kemudian menutup matanya berdoa.
'Semoga ka Ano selalu bahagia di mana pun dan bersama siapapun.'
Zora membuka mulutnya dan meniup lilin yang telah ia hidupkan. "Yeay, selamat ulang tahun ka Ano!" ucap Zora bahagia mencoba menyenangkan perasaannya. Ia memperhatikan jam dinding dikamarnya sudah hampir pukul 11 malam. Sebentar lagi hari sudah berganti dan ia belum mengucapkan apapun pada Ano. Ia menghela nafas pelan. Deringan di ponselnya membuat Zora terkejut memperhatikan nama yang tertera.
"H-Halo?"
"Kamu di mana?"
"Di rumah."
Zora mengigit bibirnya tak mengerti. Ano terdiam lumayan lama membuat Zora bingung.
"Dimana kue ulang tahunnya?"
Zora terdiam mendengar ucapan Ano. Mengapa pria itu tahu tentang kue ulang tahunnya. "Udah malam ka...." ucap Zora cepat dan Ano langsung memotong ucapannya.
"Aku mau kue ulang tahun dari kamu," ucap Ano lirih.
"Aku di depan rumahmu cepat keluar."
Zora terdiam menatap kue ulangtahun di mejanya. Ia mengangkat kue tersebut dan berjalan pelan keluar. Tidak ada yang tahu ia gagal memberikan kue ulang tahun tersebut. Ia memilih melangkahkan kakinya pelan takut membangunkan orang di rumahnya. Sepertinya orang-orang di dalam rumahnya sudah berada di kamar.
Ano menunggu disamping mobilnya. Ia menunggu Zora turun dari kamarnya. Ano tersenyum kecil ketika melihat pintu perlahan terbuka, dengan tatapan sendu ia memperhatikan Zora keluar dari pintu rumahnya, gadis itu terlihat manis menggunakan gaun tidur dibadannya yang mungil.
Zora tersenyum ketika sampai dihadapan Ano."Ehm, Happy birthday, ka," ucap Zora ragu mengangkat kue tersebut.
"Hmm, maaf kuenya masih jelek, tapi mudah-mudahan kuenya enak ya, Zora ga cobain sih," Zora tersenyum manis pada Ano. Tapi Ano merasa terluka dengan senyuman itu. Senyuman yang tidak selepas biasanya dan ini pasti karena dirinya.
"Kenapa kamu pergi dari kantor?"
"Eh, ga enak sama tante Claudia, Tante kan lagi ga suka sama Zora," ucap Zora pelan.
"O,iya, ka Ano belum make a wish, bentar ya, aku ambilin korek, pegangin kuenya dulu," ucap Zora menyerahkan cake tersebut dan cepat berbalik bersiap masuk tapi Ano menahan pergelangannya.
"Udah gini aja," Ano tersenyum kemudian menutup matanya. Zora membalas senyuman Ano ketika Ano membuka mata dan Zora bertepuk tangan sambil memasang senyumnya.
"Happy birthday ka Ano, semoga apapun yang ka Ano ingin kan tercapai dan sehat selalu," ucap Zora ceria.
Ano menarik pergelangan Zora. Gadis itu menuruni tangga kecil di rumahnya berdiri tepat dihadapan Ano. Ia meletakkan kue ulangtahun diatas mobilnya. Zora bingung tapi mengikuti keinginan Ano. Ano mengenggam jemari Zora memperhatikan beberapa plester terpasang di jari-jarinya dan pergelangan tangan Zora yang sempat ia tarik kasar.
"Sakit?" tanya Ano lirih menunduk menatap tangan Zora.
"Nggak kok," Zora tersenyum manis saat Ano menatapnya. Zora tak mengerti memperhatikan wajah Ano yang sendu. Ano menyentuh pelan pipi kirinya dan menatap dengan wajah sendu kembali.
"Kenapa kamu ga ngomong tentang Lala yang menampar mu?" Zora mengerjapkan matanya tak mengerti.
"Ka Ano tahu dari mana, Pak Mario ya? Pak Mario bohong ka! Ka Lala tuh ......."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...