Zora kembali melihat buku catatannya. Ia sudah mencatat semua permintaan karyawan kantor, ada yang meminta air putih, teh, kopi dan sekarang ia sudah menyiapkan semua dan bersiap mengantarnya ke meja masing-masing.
"Nak Zora, gimana betah di sini?" tanya Dwi membuat Zora kembali menyimpan catatan kecilnya ke kantong.
"Ehm, betah kok bu, di sini baik-baik semua orangnya," ucap Zora sambil tersenyum ramah.
"Tapi kamu ga kapok sama bu Dona kan, semenjak insiden marah kemarin?" tanya Dwi geli.
"Ah, ga kok bu, walau galak tapi Bu Dona sebenarnya baik, dia juga udah minta maaf," jawab Zora membuat Dwi tertawa kecil.
"Ibu balik pel koridor depan dulu ya, kamu jangan sampe buat kopi terlalu manis lagi ya," goda Dwi membuat Zora tersenyum. Ia kembali membuka catatan mengecek list minumannya.
Zora segera membawa nampan berisi berbagai minuman dan menaruh ke masing-masing meja kemudian masuk ke ruangan-ruangan pengacara senior. Pintu terakhir pintu ruangan Dona, disitu ia sudah duduk di kursi kebesarannya membuat Zora sedikit terkejut.
"Pagi Bu Dona!" seru Zora ceria sambil meletakkan gelas tersebut hati-hati.
"Ini ga kemanisan kan?" tanya Dona membuat Zora tersenyum.
Zora segera merogoh kantongnya dan menaruh 2 sachet gula di samping gelas tersebut. "Ini gulanya jadi biar ga kemanisan Bu Dona bisa masukkan sesuai mau ibu," ucap Zora cepat membuat Dona menatapnya tak percaya.
"Kenapa..." Dona terlihat bingung membuat Zora tersenyum.
"Ga masalah kan bu, yang penting ga kemanisan lagi, ini sudah saya siapkan kopi panas agar gulanya tetap larut," jelas Zora panjang membuat Dona akhirnya tersenyum kecil melihat kelakuannya.
"Oke, selanjutnya seperti ini terus ga apa-apa," Zora tersenyum senang sambil melayangkan kepalan tangannya keudara.
"Makan siang nanti, tolong beliin saya ketoprak di depan sana, cabe dua, ketupatnya setengah, banyakin tahu sama bihun, paham?" ucap Dona sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan untuk Zora.
"Sisanya boleh buat kamu beli ketoprak juga," ucap Dona lagi membuat Zora bingung.
"Zora kamu paham kan?"
"Ah iya," sahut Zora cepat sambil berjalan keluar tapi kemudian ia berbalik kembali memberi hormat kemudian keluar membuat Dona hanya menggeleng tak percaya.
~
Mario melangkah pelan ingin mengangetkan Zora dari belakang tapi kemudian aksinya dihentikan oleh Ano yang tiba-tiba saja menubrukkan berkas ke dadanya.
"Ck, apa sih!" gerutu Mario kesal. Zora pun berbalik karena terkejut mendengar suara Mario.
"Ini berkas yang kemarin lo minta," ucap Ano santai.
Mario mencibir kelakuan Ano kemudian tersenyum menatap Zora.
"Hai Ra, nanti kita makan siang bareng ya," ucap Mario cepat membuat Ano mengerutkan keningnya tak suka.
"Ehm, gimana ya pak?" tanya Zora bingung.
"Bapak? Panggil saya Kakak, sama seperti kamu manggil Ano kemarin!" seru Mario cepat membuat Zora tersenyum kikuk.
"Oke Zora, ka Mario!" seru Mario geli.
"Saya kemarin hanya kelepasan pak, kebiasaan manggil orang rumah kakak," tawa Zora pelan.
"Tapi kan...."
"Ck, udah kali, ga usah gangguin terus!" seru Ano sebal melihat Mario terus berdekatan dengan Zora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...
