Zora berlari masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke kamarnya tanpa perduli dengan Azel yang terkejut. Ano hanya diam menatap Zora yang sudah hilang dari pandangannya.
"Ka Ano, ka Zora kenapa?" tanya Azel bingung.
"Hanya ngambek," ucap Ano pelan.
Ano berjongkok menyamai tingginya. "Ka Ano pergi dulu ya, masih ada kerjaan dikantor," ucap Ano mengelus pelan rambut Azel.
"Ka," panggil Azel ragu saat Ano sudah berdiri dan berbalik.
"Kalau Ka Zora buat kesalahan, Azel minta maaf ya, tapi pasti Ka Zora ga ada maksud apapun," ucap Azel pelan. Ia hanya merasa suasana di rumah tidak enak setelah kakaknya lari ke kamar dan Ano yang terlihat tak ingin membahas apapun.
Ano tersenyum dan mengangguk pelan. Azel memang peka terhadap keadaan sekitarnya. "Nggak ada apa-apa, Ka Ano pergi ya, kamu kunci rumah terus kuncinya simpan di meja depan karena ka Ano ataupun ka Kio bakal pulang malam, jadi nanti kami masuk pakai kunci cadangan aja, ga perlu tunggu soalnya bakal malam banget pulangnya," ucap Ano berdiri dan berlalu dari sana setelah melihat Azel mengangguk.
~
Zora masuk ke kamarnya dan mengunci dirinya di dalam kamar mandi. Ia bersandar di balik pintu dan akhirnya terduduk dilantai. Ia menahan sesak di dadanya. Tangisannya sebentar lagi pasti tumpah dan ia mencoba menghembuskan nafasnya berkali-kali. Ia tak boleh menangis, semua perkataan Ano tidak benar untuk apa ia menangis. Ia kembali mengingat kejadian di restoran tersebut membuat airmatanya yang ia tahan akhirnya tumpah.
"Zora akhirnya datang juga?"
Zora menatap bingung Sarah dan teman-teman lainnya yang jarang ia temui. Mengapa tidak terlihat seperti perayaan ulang tahun di sini malah terlihat seperti pesta kumpul-kumpul.
"Hari ini kita mau pesta sebelum ujian dan yang traktir semua Zora loh!" seru Sarah cepat dan Zora langsung terbelalak dan menatap Sovia yang sudah menunuduk.
"Ini maksudnya apa Via, sepupumu mana?" tanya Zora tak percaya.
"Sorry Ra," ucap Sovia tak ingin menatap Zora.
"Sarah, apa maksudmu?" bisik Zora melihat sekelilingnya.
"Kenapa bukannya kamu yang traktir, kamu yang ajak kan, lupa?" tanya Sarah santai dan Zora hanya terdiam tak percaya.
"Kalau kamu tidak ingin membayarnya, berlutut di sini," Zora mengepalkan tangannya tak percaya. Walau ia tak punya uang sekalipun ia tak akan melakukannya.
"Tidak mau?" tanya Sarah lagi mencoba menggoda Zora.
"Guys, Zora bolehin kita pesan apa aja!" pekik Sarah.
Zora masih menatap sekeliling tempat yang terisi kumpulan temannya yang tak terlalu dekat tapi ia kenal. Ia menatap Sarah yang telah tersenyum penuh kemenangan, ia tak percaya gadis dihadapannya membuat semua ini untuknya.
"Thanks ya Zora!" semua berteriak heboh dan mulai berpesta.
..............
....................
Hanya tersisa Zora dan ketiga temannya yang ia anggap teman baiknya. Zora hanya diam tanpa ingin berbicara apapun sedari tadi. Ia hanya menanggapi pembicaraan dengan wajah datar atau tersenyum kecil saat orang-orang mengajaknya berbicara.
"Gimana Ra, menyenangkan bukan?" tanya Sarah santai.
Zora menatap Sarah dihadapannya tersenyum puas. "Menyenangkan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...