Zora menggunakan seragam sekolahnya berlari masuk ke perusahaan mencari papanya. Ia langsung membuka pintu ruangan tanpa meminta izin sekretaris papanya. Zora tersenyum kikuk ketika menemukan Ano beserta Noah dan juga papanya.
"Kamu ngapain princess?"
Zora tersenyum kikuk menyerahkan sekotak ayam goreng membuat Digo tersenyum. "Kamu tahu aja papa lagi pengen ini? Tapi biasanya kalau udah begini pasti mau meminta sesuatu ya?"
Zora terkekeh sambil menepuk lengan papanya pelan bahwa ia tak mau Noah dan Ano tahu apa permintaannya.
"Tenang aja, papa beliin barang yang kamu mau, kali ini apa?" Zora menggeleng sambil tersenyum pada Digo.
"Papa ga usah didengerin om, Zora ga pengen apa-apa!" seru Zora cepat pada Noah yang tersenyum menatapnya. Ano yang sedari tadi memainkan ponselnya pun melirik Zora.
"Terus tumben kamu beliin papa ayam goreng?" tanya Digo bingung membuat Zora sebal. Ia menatap Digo kemudian melirik Ano dan Noah. Papanya ini sama sekali tidak peka.
"Mau beliin aja," balas Zora sebal menatap Digo yang tertawa.
"Zora kamu bisa tunggu diluar sebentar?" tanya Noah membuat Zora mengangguk cepat.
"Ano," panggilan Noah membuat Ano menegakkan badannya dan menyimpan ponselnya ke saku.
"Iya pa?"
"Kamu temani Zora diluar dulu gimana, ada masalah bisnis yang harus papa omongin, terus, kamu mau ayam goreng juga kan?" tanya Noah santai sambil menarik ayam goreng tersebut.
"Loh, kok kamu gitu sih Met, ini dari Zora buat aku!" elu Digo membuat Zora terkekeh.
Ano menatap sekilas Digo kemudian Noah bingung. "Ga usah pa, nanti Ano beli sendiri aja, om Digo kayaknya lapar."
Digo terkekeh menatap Ano. "Om bercanda Ano, ambil aja," ucap Digo geli.
Ano menggeleng dan tersenyum kemudian berdiri langsung berjalan keluar dan sengaja menabrak bahu Zora yang menghadang jalannya.
Zora memegang pundaknya kemudian mendengus sebal. Pria itu ternyata pendendam sekali. Ia langsung berlari mengejar Ano yang sudah melangkah cepat dan masuk ke dalam lift. "Mau ke mana ka?"
"Beli minum," jawab Ano cepat langsung masuk dan menekan lantai ia inginkan. Zora memilih diam disebelah Ano membuatnya jadi risih karena tak biasanya Zora yang cerewet tak bersuara sekarang.
"Kamu kenapa?"
"Nggak apa-apa."
"Terus kenapa diam, sariawan?"
"Bukannya ka Ano lagi marah sama Zora ya, gara-gara kemarin nomornya ka Ano dan Kio, aku bagi-bagi, tapi sebenarnya Zora ga maksud bagiin, seperti kata Zora kemarin, mereka semua maksa dan mereka jumlahnya banyak, siapa suruh Ka Ao negur Zora di kantin, tapi... Zora janji deh kalau di sekolah kita pura pura ga kenal dekat aja biar nanti mereka ga minta minta nomor lagi," ucap Zora panjang sedangkan Ano memilih diam dan hanya menatapnya datar.
"Terserah," ucap Ano langsung berjalan ketika pintu lift terbuka, ia segera menuju kantin kantor membeli minuman.
Zora mengikuti tanpa berbicara lagi. Ia menatap Ano dengan memasang wajahnya cemberutnya. Ano melirik tak menggubris kegiatan tersebut.
"Mba saya mau pesan Thai tea original gulanya ditambah, ga usah pakai bubble," ucap Ano ketika sampai dikasir. Ia pun langsung pergi ketika sudah memesan dan membayar. Sedangkan Zora terlihat berfikir menatap menu-menu di sana.
"Mau apa Zora?" tanya kasir tersebut membuat Zora tersenyum dan menggeleng.
"Ga ada ka," Zora langsung berjalan pergi mencari Ano yang sudah menghilang. Ia berkeliling dan menemukan pria itu duduk di ujung cafe dan tersembunyi sambil memainkan ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...