Devilish - 46

904 143 26
                                    

Ano mengamati jam tangannya. Sudah hampir 3 jam mereka menunggu. Zora belum datang dan akhirnya memilih pulang menunggu di rumah kediaman Meschach. Ano mengamati sekelilingnya yang terlihat kalut memikirkan Zora.

Zora tidak mungkin ingkar, pasti ada sesuatu yang membuat nya tidak sampai batin Ano kalut.

Ano menunuduk tampak frustasi mengetuk kan ponselnya ke kepala, ponsel gadis itu tidak aktif membuat Ano makin kalut.

"No, tenang ya," ucap Bryan membuat Ano tersadar.

"Kita bisa temuin Zora, Gani lagi cari lokasi terakhirnya," ucap Bryan dan Ano hanya tersenyum membalas ucapannya.

"Tetap tenang Ano,  semua pasti baik-baik saja," ucap Noah tenang memegang pundak Ano.

"Dad, tadi ka Zora ada di restoran,terus beberapa menit kemudian sinyal ponselnya hilang karena ponselnya dimatikan," ucap Gani menunjukkan laptopnya.

"Kita ga bisa tahu lokasi ka Zora donk!" seru Gina memperhatikan laptop saudara kembarnya.

"Jadi gimana Yan?" tanya Claudia panik sedang ditenangkan oleh Ersya.

"Zora ga mungkin pergi sembarangan, pasti ada sesuatu yang menarik perhatiannya," ucap Sisi takut dan Digo tengah menelpon orang yang biasanya menjaga Zora dari kejauhan.

"Tante tenang aja, Zora pasti aman," ucap Kio tenang menggenggam jemari Sisi erat.

Ano yang diam sedari tadi hanya mencoba menenangkan diri. Ia harus berfikiran tenang untuk menemukan keberadaan Zora. Gadis itu pasti tidak akan pergi jauh jika tidak ada yang menarik perhatiannya. Sesuatu yang bisa menarik perhatian Zora?  Apa? batin Ano kesal.

"Om, om ga pernah memasang sesuatu untuk tetap mengetahui keberadaan Zora?" tanya Ano sambil tetap berfikir.

Digo menatap Ano dan tampak berfikir. Ia pernah meletakkan sesuatu dimobil Zora. "GPS?"

"Iya, aku pernah memasang GPS," ucap Digo cepat membuka  aplikasi ponselnya untuk mengetahui keberadaan Zora.

Bunyi deringan ponsel Ano membuatnya terkejut. Ia mengangkat nomor tersebut tanpa memperhatikan lagi. Tapi yang ia dengar pertama adalah bunyi krasak krusuk yang kuat.

"Halo."

Ano mengerutkan keningnya dan kembali menyapa. "Halo."

Dua kali dirinya memangil tapi tak ada jawaban. Ano malah mendengar bunyi gaduh di sana. Ia memperhatikan nomor yang tertera. Nomor telepon rumah, siapa yang menelepon nya. Ia hampir menutup telepon tersebut jika tak mendengar suara.

"Kita bertemu lagi cantik?"

Ano menajamkan pendengarannya, mendengar suara tersebut. Bunyi barang-barang jatuh dan gaduh membuat Ano khawatir. Telepon terputus dan Ano mengerutkan keningnya tak mengerti. Siapa itu?

"Zora lokasinya cukup jauh dari restoran, dia ada di mana ini?" tanya Digo bingung dan Ano segera mengamati lokasi Zora. Itu, ia pernah melihat alamat itu?

'Ini biasanya tempat Elang having sex bareng teman-teman nya yang masuk daftar VIP....'

Ucapan Lala terngiang dikepalanya. Ano menarik ponsel tersebut. "Maaf om, Ano pinjam," ucap Ano cepat.

"Gani, cari tahu alamat ini, dan telepon ini ada dilokasi yang sama atau gak?"

Gani mengerjapkan matanya mengambil ponsel yang diserahkan Ano. Walau ekspresi yang ditunjukkan Ano datar dan terkesan biasa saja. Semua orang diruangan tahu bahwa Ano sangat khawatir dengan Zora.

"Kenapa No?"

"Bentar om, Ano memastikan sesuatu."

Gani terlihat tersenyum tapi kemudian panik kembali. "Ponsel Zora tadi menyala tapi kembali mati, dan lokasi ponsel Zora sama dengan GPS mobilnya, dan nomor telepon ini di lokasi yang sama juga, tapi kenapa ka?"

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang