Zora meringgis merasakan pergelangannya masih ditarik paksa oleh Ano. Pria ini bahkan menariknya keluar dari kantor.
"Ka!"
"Ka Ano!"
"Ka Diano!" seru Zora frustasi menarik pergelangan tangannya cepat. Ia meringgis memegang pergelangan tangannya.
Ano berbalik dan masih terlihat marah. "Kamu gimana sih, dia itu menghina kamu, emang kamu ga bisa balas dia?" bentak Ano mengingat gadis itu diam saja diperlakukan seperti itu.
"Iya, tahu, tapi bukan begini caranya, ga harus marah-marah," ucap Zora pelan.
"Jadi kamu mau menerima begitu aja?"
"Nggak, tapi bukan berarti harus diselesaikan dengan marah seperti tadi, atau balas dia, keluargaku emang ga jatuh miskin tapi aku dihukum dan punya uang seadanya, ga kayak dulu, jadi omongan Sarah ada benarnya sedikit, Sarah memang seperti itu, setelah melakukan apa yang ia mau dia tidak akan melakukan apa-apa lagi kok, hanya perlu sedikit sabar," ucap Zora pelan terkesan membela membuat Ano kesal.
"Jadi kamu membiarkan, dia melakukan apa pun yang dia mau, kalau membahayakan kamu, gimana? kamu masih bisa ngomong gitu ke aku?" tanya Ano kesal.
"Aku baik-baik aja," ucap Zora mencoba tenang agar bisa menenangkan Ano.
"Kali ini aku benar-benar akan memberitahu orang tua kamu, bahkan aku akan mempermasalahkan semua ini pada Bu Dona," ucap Ano cepat membuat Zora langsung merapatkan telapak tangannya dan menggosoknya memohon pada Ano.
"Jangan! aku ga melawan karena ga mau cari masalah, pekerjaan dikantor ini adalah pekerjaan orang lain, gimana kalau aku dipecat terus temannya Lanny ga bisa kerja lagi di sini, Lanny memintaku menjaga pekerjaan di sini," mata Zora mulai berkaca-kaca membuat Ano sedikit melunak, ia menghela nafas pelan mencoba menghilangkan kemarahannya.
"Oke, tapi pastikan dia meminta maaf padamu hari ini!" ucap Ano tegas membuat Zora mengerang frustasi. Bagaimana ia meminta seorang Sarah meminta maaf padanya. "Jadi aku akan tetap mengaduhkannya pada Bu Dona, dia harus tetap diajarkan bersikap yang benar pada siapapun, entah orang itu miskin atau pun tidak," lanjut Ano membuat Zora menghela nafas tak bisa membantah ucapan Ano.
"Dan jika dia lagi-lagi membuat masalah padamu, kamu harus menceritakannya padaku!" seru Ano sekali lagi membuat Zora memanyunkan bibirnya sebal.
"Iya!" balas Zora tak bersemangat.
"Harus! kamu ingat itu," ucap Ano lebih keras membuat Zora tersenyum paksa dan mengangguk.
"Iya, janji, tenang aja Sarah ga akan macam-macam, percaya sama Zora, yang penting ka Ano jangan marah, oke, ka Ano seram kalau gitu," ucap Zora panjang mencoba mengubah ekspresi tegang Ano.
"Terus, sekarang yang lebih penting itu, semua orang kantor udah tahu kita kenal karena ka Ano tadi marah-marah! ini sekarang masalah yang lebih serius dari Sarah! Bagaimana aku menjelaskan pada mereka semua!" ucap Zora frustasi memegang kedua kepalanya membuat Ano akhirnya terkekeh.
"Tinggal bilang aja kita kenal kan, kenapa harus setakut itu?"
"Tapi gimana kalau ka Ano digosipin? bukannya ka Ano sama ka Lala pacaran, terus kalau digosipin selingkuh gimana sama aku seorang OB?" Ano tertengun sejenak mendengar ucapan Zora.
"Kamu?" tanya Ano bodoh. Ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Tapi semua menghilang melihat wajah frustasi Zora.
"Iya, itu pasti citra yang jelek untuk seorang Diano, pengacara muda berbakat, ya kan, kita harus memikirkan skenario yang menarik untuk menepis rumor yang beredar!" pekik Zora frustasi membuat Ano meraup wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...