Ano sibuk mengotak atik ponselnya untuk melihat isi dari memori tersebut sambil berjalan ke dalam tempat makan. Sedangkan Zora berjalan lebih dulu mencari tempat yang sejuk. Ia menyandarkan dirinya dikursi saat menemukan tempat yang ia inginkan. Ia menikmati hembusan angin yang mengenai wajahnya.
Ano menarik kursinya tepat disebelah Zora. Ia masih asik memperhatikan ponselnya. "Kenapa milih duduk diluar padahal di dalam ruangan ada AC?" tanya Ano sebal sedangkan Zora hanya menoleh dan mencibir.
"Enakkan, banyak angin, nikmatin dulu," ucap Zora santai.
Dari jauh pelayan mendekat pada mereka. "Mau pesan apa mba?" tanya pelayan sambil menyerahkan menu.
"Saya geprek aja, cabe 15," ucap Zora cepat membuat Ano mengangkat kepalanya dari kegiatannya.
"Nggak, cabe 2 aja cukup, sama steak chicken corden bleu 1, air putih 2," ucap Ano cepat menyerahkan kembali menu sedangkan Zora sudah mendelik tak percaya.
Zora mendengus saat melihat pelayan pergi dengan pesanan yang ditentukan oleh Ano. "Ka Ano, kok 2 cabenya mana berasa pedesnya?" tanya Zora kesal.
"Itu ga bagus, kamu mau kena usus buntu apa," ucap Ano kesal.
"Tapi aku mau..." rengek Zora kesal.
"Yang jelas jika kamu sakit karena kesalahanmu, aku ga akan mengantarkanmu ke rumah sakit, walaupun kamu merengek kesakitan, " ucap Ano santai tapi penuh ancaman.
"Tapi aku udah lama ga makan pedes, menu di rumah kan ga pernah pedes, sekali aja, ya, ayolah, ya, ya," ucap Zora memohon dan memelas di depan Ano. Zora masih memelas saat melihat Ano meletakkan ponselnya kemudian menatapnya.
"Oke," ucap Ano membuat Zora tersenyum.
"Tapi sekarang telepon tante Sisi," ucap Ano membuat Zora mengerutkan keningnya. "Kalau dapat izin, kamu boleh makan sepedas itu bahkan lebih pedas dari itu juga boleh," ucap Ano santai sambil memperhatikan ponselnya kembali. Zora hanya bisa menganga tak percaya. Pria dihadapannya baru saja mengerjainya.
Zora mengepalkan tangannya mencoba menyalurkan kemarahannya. Ia masih memperhatikan kegiatan Ano. Pria yang berada di sebelahnya ini benar-benar sibuk bekerja tanpa memikirkan diri sendiri. Sedari tadi hanya menatap layar ponselnya.
"Sini, ga boleh main ponsel pas makan," ucap Zora santai.
"Aku kerja!" seru Ano menarik kembali ponselnya.
Zora mendesis mendengar jawaban tersebut. Ia juga harus melarangkan, pria itu tadi melarangnya jadi ia juga akan melarang pria tersebut. Apa yang ia harus lakukan agar Ano tak lagi memainkan ponselnya. Zora tersenyum menatap Ano, ia akan menganggu pria disampingnya ini. Ia ingat Ano paling tak suka didekati apalagi memperlakukannya seperti ia bersama Kio.
"Dapat sesuatu untuk kasus ka Ano?" tanya Zora sambil memanjangkan lehernya mencoba memperhatikan sesuatu yang Ano perhatikan diponsel.
Ano sedikit menjauhkan kepalanya saat merasakan Zora begitu dekat dengannya. Ia menarik tangannya menjauh dan dengan cepat ditahan oleh Zora.
"Ih, aku mau lihat, jangan pelit-pelit!" seru Zora menarik tangan Ano.
Ano terkejut dengan kelakuan Zora yang mendekatinya. Ia mengangkat bahunya mencoba biasa saja. "Ini bukan urusan kamu!" seru Ano menatap Zora sengit.
"Mau lihat aja, aku mau lihat," ucap Zora merengek sambil menarik tangan Ano lagi dan mendekatkan wajahnya. Ano bergerak cepat menahan kepala Zora dengan telunjuknya.
"Mundur, ga usah kepo!" seru Ano kesal sambil mendorong kening Zora dengan telunjuknya. Ia memilih mengunci ponselnya dan memasukkan ke dalam saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...