Zora membawa beberapa kardus dan karung keluar dari mobilnya. Ia melangkah masuk sambil membawa beberapa barang tersebut. Ia meletakkan semua di depan rumah sambil menunggu Kio.
"Ck, mobil kamu ya tuh? Aku ga bisa masuk, kok kamu udah bawa mobil sih?" tanya Ano sinis membuat Zora menoleh.
"Ka Ano!" sapa Zora ceria tak perduli kemarahn Ano. "Sttt, nanti Zora ditangkap," lanjut Zora bohong sambil berbisik. Supirnya sedang pergi membeli makan jadi meninggalkan kunci mobil bersamanya.
Ano tersenyum kecil menatap Zora. "Bagusnya sih ditangkap aja kamu, meresahkan warga dirumah ini!" seru Ano cepat.
"Eh, tapi kan nanti ka Ano tolongin, Ka Ano kuliah hukum kan, jadi pengacara nanti," balas Zora menyengir pada Ano yang menatapnya geli.
"Enak aja, aku ga mau membela orang melanggar hukum kayak kamu!"
Zora tersenyum dan kembali fokus memperhatikan barang barangnya ada yang tertinggal atau tidak. "Akhirnya ya hobi berdebat ka Ano tersalurkan dengan baik," ucap Zora santai tapi Ano langsung menepuk keningnya sebal.
Zora mendengus dan menggosok keningnya. "Kamu ngapain lagi hari ini ke sini, kayaknya beberapa bulan kemarin tenang banget rumah ini," ucap Ano tak berperasaan membuat Zora mendengus.
"Lupa ya? Sekarang Zora udah SMA loh! Hari ini aku ke sini mau buat tas sama tag name buat MOS sama Kio!"
"Bangga?"
"Iyalah!"
Zora memiringkan kepalanya sedikit sepertinya ada yang berdiri dibelakang Ano. Ia menemukan seseorang. Ia tersenyum melihat perempuan yang masuk bersama Ano.
"La, Sorry gue malah ngobrol, bentar ya gue ambil buku dulu, dan Zora kamu jangan di sini, nanti kamu malah ngerecokin, pindah ke tempat lain!"
"Iya, iya!"
Ano bergegas masuk mengambil barang yang terlupakan olehnya meninggalkan Zora dan Lala berdua di sana. Zora tersenyum kikuk. Ia sering melihat gadis cantik ini hanya ia tak pernah berani menyapa.
"Zora," ucap Zora pelan mengulurkan tangannya.
"Lala," ucap Lala menyambut ramah uluran tangan Zora.
"Kakak, cantik banget," ucap Zora tersenyum manis pada Lala.
"Kamu siapanya Ano?"
Zora tersenyum bingung tapi tetap mencoba tersenyum ramah pada Lala. "Teman dari kecil."
"Ah, Ano pasti hanya menganggap kamu adiknya, soalnya dia bisa bersikap sesantai itu sama kamu."
"Ka Lala pacarnya ka Ano?"
"Kita teman dekat, mungkin akan menjadi calon pacar Ano."
Zora tersenyum kecil sambil mengangguk pelan. Ia memilih menunduk dan memainkan kakinya seperti menendang angin. Sepertinya ia memang harus melupakan Ano. Gadis dihadapannya amat cantik dan modis. Dirinya terlihat seperti anak kecil dan tidak bisa bergaya seperti itu.
"Zora?" panggilan Ano membuat Zora mengangkat wajahnya.
"Kamu kenapa?" tanya Ano meneliti wajah Zora yang tadinya tersenyum ceria menyapanya.
"Nggak apa-apa," jawab Zora sekenanya. Ia melirik Lala sebentar dan tersenyum. Ano memperhatikan wajah Zora, gadis itu memang tak pandai berbohong.
"Loh, Ra? Kok kamu diluar sih, biasanya langsung nyelonong?" tanya Kio bingung.
"Ehm, kan lagi ga ada tante Claudia sama om Noah, disini aja ga apa-apa, kita buat di pekarangan aja ya, mungkin ka Ano mau di ruang tamu," jawab Zora cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomantikAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...