Chilhood Memory 2

728 97 15
                                    

Zora membuka pesanan snack online-nya dengan semangat. Ia tersenyum menemukan snack yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Digo memperhatikan snack yang tengah dibuka oleh anaknya dengan wajah was-was.

"Princess, itu makanan apa, kok nyeremin gitu?"

"Ini?"

Digo mengangguk penasaran tapi Zora tersenyum. "Paqui one chip challenge, ini keripiknya cuma satu loh pa, terus katanya pake cabe terpedas didunia!" seru Zora bersemangat membuat wajah Digo takut.

"Itu yakin habis makan baik-baik aja?" Zora terlihat ragu tapi ia tutupi dengan senyuman.

"Kalau bahaya ga mungkin dijual lah pa," ucap Zora yakin.

Zora mengigit snack tersebut kemudian mengunyah perlahan. Wajah Zora berubah merah sambil memukul pahanya menghilangkan pedas. "Pedas pa!"

Digo terkekeh melihat Zora yang berusaha menghabiskan snack tersebut dengan sekali kunyah kemudian berlari ke dapur membawa sekotak susu besar.

"Pedas banget! Zora ga mau lagi untung pesan satu aja!" seru Zora masih terus meminum susu kotak berukuran besar tersebut.

****

Keesokkan paginya Zora terlihat baik-baik saja walau sebenarnya perut sedikit nyeri dan tadi malam ia sempat muntah-muntah. Ia tetap memaksa dirinya ke sekolah karena hari ini ada ujian bahasa inggris. Sekarang ia berada diruang ganti sekolah karena pelajaran pertama adalah olahraga. 

Zora berjalan pelan agar bisa menenangkan nyeri perutnya. Ia melewati kelas Kio dan tersenyum saat Kio melambai padanya. Zora bergegas lari saat mendengar suara tiupan peluit guru olahraganya. Walau sudah berlari ia tetap sampai terakhir membuatnya terkena hukuman dari guru olahraganya.

"Zora kamu kenapa terlambat?"

"Maaf pak."

"Sekarang lari keliling lapangan 10 kali, dilapangan besar sana," ucap guru olahraga tersebut membuat Zora terkejut.

"Itu lapangan anak SMA kan pak, jangan disitu pak," ucap Zora ragu.

"Mau ditambah?"

"Nggak pak," ucap Zora langsung menuju lapangan tersebut.

Zora menghembuskan nafasnya pelan sambil pemanasan sebentar. Kemudian mulai berlari di lapangan tersebut.

"Eh, anak SMP tuh, pasti lagi hukum sama pak Yadi!" seru seseorang membuat beberapa orang menoleh termasuk Ano yang sedang diluar karena sedang melakukan praktikum.

Ya. Gedung sekolahnya bergabung dengan sekolah menengah karena satu yayasan. Kadang mereka menggunakan lapangan yang sama. Ano akhirnya menutup bukunya

Ano mengamati gadis yang sedang diamati oleh teman-temannya. Ia menyipitkan matanya lagi ketika merasa mengenal orang yang sedang berlari tersebut. "Eh, Zora tuh!" seru Zaki salah satu teman basketnya.

Dari kejauhan Ano dapat melihat ada yang tak beres dengan gadis itu. Wajahnya terlihat pucat pasi dan lariannya kian melambat. Zora berhenti berlari dan menunduk perlahan jatuh membuat Ano langsung berdiri, tapi ia terdiam saat Zaki langsung berlari dan menggendong Zora pergi.

****

Zora menahan kesakitan saat guru yang menjaga ruang kesehatan menekan perutnya. Gurunya pun sampai memasangkan masker oksigen karena ia susah bernafas. "Kamu istirahat dulu ya."

Guru tersebut berlalu seperti berbicara pada seseorang. Perlahan Zora menutup matanya dan terlelap. Beberapa menit kemudian perutnya terasa lebih menenangkan. Ia menatap sekitarnya dan menemukan seseorang yang ia kenal tapi tak terlalu dekat. Zaki, teman Ano. Mengapa pria itu di sini?

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang