Ano turun dari kamarnya sambil memperhatikan jam dinding. Ia bangun cukup siang hari ini. Mungkin karena ia beberapa hari kemarin kurang tidur, untungnya ia mengambil cuti selama beberapa hari. Ia punya cukup banyak waktu istirahat.
"Ka Ano udah bangun?" tanya Zora bersemangat berdiri sambil berjalan mendekati nya.
"Kenapa?" tanya Ano bingung.
Zora segera berlari ke arah meja makan menepuk kursi untuk segera Ano duduk. "Sini."
"Apa?" tanya Ano bingung.
"Makan," ucap Zora santai.
"Mau racunin orang?" tanya Ano membuat Zora mendengus.
Zora segera membuka makanan yang telah siapkan. Ada ayam goreng, cah brokoli dan juga cumi goreng tepung yang sudah ia icip semua dan berhasil. "Makan, hari ini Zora masakin, plus Zora hari ini ke pasar sama Lanny, hebat kan, walau akhirnya dibantu Lanny milih sayurnya," ucap Zora bersemangat.
Ano diam memperhatikan sayuran dimeja. Walau dingin, ia masih bisa mencium wangi masakan tersebut. Ia tak mau mengakui bahwa makanan dihadapannya mengunggah seleranya. "Aku belum lapar, baru bangun juga," ucap Ano menyandarkan punggungnya pada kursi.
"Kok gitu, pasti lapar kan, ini wangi juga kok, atau jadi bekal buat ke kantor," ucap Zora santai sambil mencium makanan buatannya.
"Aku cuti."
"Cuti? kok cuti lama banget, emangnya kerjaan ka Ano ga numpuk?" tanya Zora bingung. Ano tampak terdiam sejenak. Gadis dihadapannya ini pasti akan geer kalau dirinya jujur.
"Mau libur aja," ucap Ano cepat sambil menarik piring. "Sini aku makan," Ano langsung menarik semua makanan di meja, mengambil satu per satu makanan yang tersedia.
"Katanya ga mau?" tanya Zora makin bingung melihat Ano sudah mengunyah.
"Ribet, jadinya dikasi apa gak sih?" tanya Ano galak membuat Zora mencibir.
Ano sempat terdiam. Makanan yang terhidang ternyata enak. Ia tak menyangka kemampuan memasak Zora meningkat cepat, untuk seseorang yang dulunya tak pernah ke dapur, Ano terpukau dengan makanan dihadapannya.
"Enak? Keasinan ga ka?" tanya Zora sambil menyenderkan pinggang nya pada meja.
Ano hanya berdehem tapi melihat cara makan Ano. Zora mengerti. Makanannya kali ini berhasil membuat Ano suka. Ia segera menarik kursi dan duduk.
"Ka, aku dapat tawaran...."
"Nggak!" jawab Ano cepat membuat Zora cemberut.
"Belum selesai, ih, dengerin orang ngomong dulu."
Zora mencoba mengomel, tapi pria itu tampak tak terganggu dengan wajah kesal Zora. "Aku udah bilang, kamu di rumah, terserah kamu mau ngapain, yang penting dirumah."
Zora tampak menyerah. Ia memang harus menolak tawaran Satya untuk menjadi model. Sepertinya ia memang tak cocok dalam dunia model, ia hanya berfikir bisa mengisi waktu luang saja dan tentunya uang untuk jajannya.
"Memangnya kamu mau ngapain?"
"Jadi model, kemarin bang Satya chat terus ditawarin jadi modelnya," ucap Zora membuat Ano mengerutkan keningnya. Satya? Model? mendengarnya saja sudah membuat Ano kalut.
"Satya teman Mario?" tanya Ano membuat Zora mengangguk senang.
"Memangnya jadi model apa? gimana kalau itu hanya jebakan?"
"Nggak tahu juga ya, soalnya bang Satya hanya tawarin jadi model, buat apa juga Bang Satya menjebak Zora?" tanya Zora polos.
"Kamu sadar ga sih?" Ano terdiam ketika kalimat yang akan keluar dari mulutnya pasti akan membuat Zora tertawa. Ia baru saja akan mengatakan bahwa Zora terlalu cantik dan polos.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomansaAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...