Kio masih mondar mandir di dalam rumah memikirkan Zora. Gadis itu membuatnya panik karena belum juga pulang. Di telepon berkali-kali pun tak mengangkat. Ia bisa habis oleh ibunya jika ibunya tahu.
"Ka, udah duduk aja, ka Zora ga mungkin ke mana mana," ucap Azel santai sambil memainkan ponselnya.
"Ini udah malam Zel," ucap Kio lelah sambil melompat ke sofa untuk berbaring.
"Bentar-bentar apa perlu kuterawang atau aku tanya dengan penghuni depan rumah?" tanya Azel membuat Kio menggeleng tak percaya. "Iya kan ka, biar gampang ketemunya," lanjut Azel geli.
"Ogah, yang ada nanti kamu kenapa napa, terus ka Kio dimarahin, gimana ntar kamu teriak teriak, horor jadinya ini cerita," ucap Kio sebal.
Kio terdiam saat mendengar langkah kaki terburu-buru turun dari lantai atas. Begitu juga Azel menoleh melihat Ano yang sepertinya sudah tahu keberadaan kakaknya.
"Gue pergi!" seru Ano langsung menyambar jaketnya dan mengambil kunci mobil.
"Kenapa? Zora ketemu? dia ga apa-apa kan? Perlu gue ikut?" tanya Kio bingung melihat Ano bergerak panik.
"Ga tau yang jelas dia udah didekat rumah," ucap Ano yang kembali meletakkan kunci mobil dan mengganti dengan motor. Menurutnya lebih gampang jika harus berputar balik arah menggunakan motor.
"Ehm, ke arah kanan ya ka Ano," ucap Azel cepat. Ano mengerutkan keningnya tapi segera berjalan keluar.
"Kamu nih, kamu tahu ka Zora di mana ya?" tanya Kio saat melihat Ano sudah keluar.
"Nggak, ada arwah sekitar sini tahu ka Zora, pada kasi tahu lihat ka Zora turun dari angkot, berarti kan ga jauh," ucap Azel santai.
"Ka kio pengen kenalan sama teman Azel ga?" lanjut Azel geli membuat Kio bergidik.
"Ck, kamu jangan macem-macem ya Zel, suruh mereka pergi dari rumah," ucap Kio kesal.
"Eh tunggu, lalu kamu kenapa ga kasi tahu ka Kio kalau Zora ada disekitar sini?"
"Ehm kan kalau sama Ka Ano lebih seru, ada adu mulut nya, ada marah nya, ada kesalnya, kayak sinetron gitu, kalau sama ka Kio mah ka Zora ga bakal kapok pulang telat," ucap Azel santai sambil kembali memainkan ponselnya lagi.
Kio hanya menggeleng kan kepalanya geli. "Kamu tuh, aku aduin ke ka Zora ya!" tawa Kio geli saat melihat wajah panik Azel. Ia segera berjalan ke arah kucingnya dan menggendong keluar.
"Kitty waktunya minum obat!" Azel hanya menggeleng tak percaya melihat Kio yang berlari kecil dan berbicara imut pada kucing.
"Ewh, apa semua orang dewasa seperti itu?"
****
Zora menepuk celana panjangnya yang kotor sambil memegang lututnya yang sepertinya lecet di dalam sana.
"Aduh..Sakit!"elu Zora sambil memperbaiki cara berdirinya.
"Pak Mario besok bakal aku balas!" seru Zora kesal.
Sebuah motor berhenti didepannya dan sang pengendara segera melepaskan helm kemudian mendekati Zora.
Zora terperanjat, dan bersiap melindungi dirinya dengan mundur beberapa langkah. Ia tak mau kejadian tadi ke ulang lagi. Ia lebih takut berhadapan dengan orang tidak dikenal daripada harus pulang sendiri.
Zora mengigit bibirnya saat menyadari siapa yang baru saja turun dari motor dan mendekatinya.
"Kamu dari mana aja? Kamu ga lihat ini sudah jam berapa?" tanya Ano dengan suara tinggi membuat Zora mundur lagi kemudian tak sengaja tersandung. Ia terduduk kemudian mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...