Devilish - 23

1.5K 207 15
                                    

Zora duduk di dalam pantry dengan wajah kesal. Ia membuka botol minumnya dan menegaknya cepat. Menghilangkan rasa kesal di dalam dirinya. Dwi tersenyum melihat kelakuan Zora. Gadis itu selalu punya cara unik, jika sedang menahan emosi pikirnya.

"Nak Zora, habis dimarahin sama Bu Dona?" tanya Dwi geli.

"Bukan Bu, lagi bingung aja," ucap Zora sambil menghela nafas panjang.

"Kenapa cerita sama ibu, mungkin ibu bisa bantu kamu," ucap Dwi tenang membuat Zora menoleh ragu.

"Menurut Bu Dwi sebagai seseorang yang sudah berpengalaman semasa hidup, ada ga sih orang yang suka ngaku-ngaku gitu atau berpura-pura?"

"Ngaku-ngaku apa nak? terus berpura-pura apa?"

"Ya, sesuatu hal yang ga dia lakuin tapi dia bilang dia yang lakuin, terus selalu tersenyum padahal sebenarnya ga suka," ucap Zora cepat membuat Dwi bingung.

"Ini tentang apa sih sebenarnya, ibu ga ngerti," ucap Dwi pelan membuat Zora menghela nafas pelan.

"Hayoo, gosipin apa hayo," rangkulan dan suara Mario mengejutkan Zora. Ia segera menengadah memperhatikan Mario yang tersenyum jahil padanya.

"Ketahuan pasti lagi gosipin saya ya!" seru Mario cepat membuat Zora menatap jengah kelakuannya.

"Nggak!" seru Zora tegas. Zora segera meraih ponselnya yang berbunyi, alarm yang ia pasang sudah berbunyi pertanda ia sudah bisa pulang.

"Misi ya pak, saya mau pulang," ucap Zora ketus melewati Mario cepat.

"Bu Dwi, saya pulang dulu ya, ga apa-apakan saya tinggal dulu," ucap Zora cepat membuat Dwi segera mengangguk. 

"Iya ga apa-apa, kemarin ibu juga pulang duluan, kamu harus beresin semuanya, jadi ga apa-apa gantian," ucap Dwi tersenyum ramah pada Zora membuat Zora segera bergegas mengambil tasnya tanpa mengganti pakaian office girlnya karena buru-buru menghindar dari Mario.

"Ya, ampun kamu marah sama saya Zora? Iya deh, saya minta maaf, sudah kan, jangan marah lagi donk," ucap Mario mengikuti Zora berjalan keluar dari ruangan.

"'Pak Mario dari mana aja, dari pagi saya tungguin permintaan maafnya, pak Mario tinggalin saya loh kemarin, untungnya ada ka Ano, gimana kalau gak?" tanya Zora meluap-luap membuat Mario menahan tawanya.

"Nggak ada yang lucu ya pak!" seru Zora sebal.

"Lucu lah, kamu senangkan Ano kemarin sama kamu, kenapa sekarang kamu marah sama saya berasa ditinggalin gitu, orang jelas-jelas kamu bahagia gitu!" seru Mario geli membuat Zora menggigit bibirnya malu.

"Ih, pak Mario apa sih, saya benaran ini," bisik Zora cepat karena orang-orang mulai memperhatikannya karena tawa Mario yang cukup keras.

"Iya,iya, saya hanya kepo kok, saya juga sebenarnya ga suka Lala makanya saya mencoba mengetes Ano," ucap Mario santai.

"Maksudnya gimana sih, apa hubungannya bapak ga suka sama Lala terus sama pak Mario mau mengetes ka Ano?"

"Lah, kamu masih belum paham juga?" tanya Mario tak percaya.

"Nggak, saya emang sedikit lola kalau Pak Mario muter-muter ngomongnya ga langsung to the point ke saya, saya ga akan ngerti," ucap Zora cepat membuat Mario menahan tawanya.

"Aduh kamu sama Ano sama ajalah, tunggu ya, aku ke toilet dulu, nanti aku jelasin!" seru Mario cepat langsung berlalu membuat Zora mengerutkan keningnya.

Zora langsung berjalan dan duduk diluar tanpa perduli lagi kelakuan Mario. Ia lelah menghadapi Mario yang selalu seperti itu padanya. Ia berdiri diluar kantor menunggu angkot atau mungkin Lanny yang berjanji akan menjemputnya yang entah jadi atau tidak karena dari pagi gadis itu tak menghubunginya setelah mengucapkan janji tersebut.

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang