Tidak akan nyerah✊😡

5.7K 397 3
                                    

Pelajaran hari sudah selesai, semua orang berhamburan keluar untuk mengisi perutnya yang lapar.

Rara dan Jennie duduk di bangku kantin. Mereka mengobrol sambil menikmati makanannya.

_

Tampak kusut wajah seorang pria yang sudah merasakan lelah disekujur tubuhnya. Rio.

Rio menutup laptopnya, menyender di bangku kebesarannya sembari memijat keningnya.

"Sudah makan siang ternyata," gumam Rio saat melihat jam dinding.

Rio berdiri dan pergi menuju cafe dekat perusahaannya. Rio pergi yang ditemani oleh Ikbal, orang kepercayaannya.

"Sehabis ini, ada meeting lagi atau tidak?" tanya Rio sambil menumpuh kedua tangannya di atas meja.

"Tidak tuan, hari ini kosong," jawab Ikbal.

"Ok. Berarti hari ini saya pulang cepat," timpal Rio.

Mereka berdua berbincang-bincang sambil menguyub kopi panas. Saat keasikan, datanglah seorang gadis mendekati mereka.

"Hay," sapanya.

Rio melirik sekilas, lalu kembali lagi menatap ke arah lain.

"Ngapain kamu?" tanya Rio dingin.

"Hm ... boleh duduk?" tanyanya sedikit ragu.

"Boleh, duduk aja," sahut Ikbal.

Gadis tersebut duduk di samping Ikbal tepatnya berhadapan oleh Rio. Rio berjengah melihat wajah gadis itu.

"Kamu sakit, Rio?" tanyanya lagi.

"Gak usah perduli deh! Lagian kamu ngapain kesini sih?! Aku muak liat mukamu!" bentak Rio amarahnya naik.

Ikbal diam dan bengong, tidak tahu apa permasalahannya. Seperti dekat oleh gadis itu, namun siapa dia? Seakan-akan Rio membencinya.

"Aku hanya ingin meminta maaf," lirihnya.

"Dengar ya, Renata! Aku sudah memaafkanmu, tapi tolong jangan ganggu aku dan istriku. Kalau perlu,  kamu pergi yang jauh!" sahut Rio marah.

"Aku menyesal Rio," cicit Renata mulai meneteskan air matanya.

"Gak ada yang di sesali. Aku justru berterima kasih olehmu, berkat kamu memutuskan hubungan kita. Aku malah dapat gadis yang lebih baik dari kamu, apalagi dia sudah menjadi istriku," ujar Rio menatap Renata tajam.

"Aku mohon ... kita kembali kaya dulu. Aku menyesal Rio ...," lirih Renata berkaca-kaca melihat Rio.

"Dih! Jangan harap!" kata Rio meninggi.

"Tuan," ucap Ikbal pelan.

"Diam kamu!" bentak Renata.

"Jangan keterlaluan kamu!" gertak Rio.

Amarahnya kali ini benar-benar naik, rahangnya sudah mengeras dan tangannya terkepal kuat. Ingin rasanya membunuh, tetapi tempatnya salah.

"Ayo kita pergi," ajak Rio kepada Ikbal.

Ikbal menurut dan mengekori Rio dari belakang untuk kembali ke perusahaannya.

Renata melihat terus punggung Rio, hatinya terasa sakit jika Rio berkata seperti itu.

"Aku tidak akan menyerah, untuk mendapatkan hatimu Rio," gumam Renata tersenyum senang.

_

Jam 16.30 sore.

Rara menduduki sofa ruang tamu sambil meminum coklat panas. Dirinya menunggu sang suami pulang dari kantor.

"Rio lama bangat," gerutu Rara memanyunkan bibirnya.

Tok, tok!

"Itu pasti Rio," lirih Rara langsung bangun dan mendekati pintu.

Krek.

Nampaklah Rio yang berdiri dengan senyumnya yang nimbul dibibir sexsynya. Kedua tangan Rio di rentang kan, dengan sigap Rara memeluk tubuh Rio dengan erat.

"Beby endut, kangen ya?" tanya Rio sembari membalas pelukan istrinya.

Rara mengangguk. "Iya kangen."

"Masuk yu, kakiku pegel nih berdiri terus," keluh Rio melepaskan pelukan Rara.

Rara mendengus kesal, padahal dia ingin berlama-lama memeluk tubuh suaminya yang seperti bau aromah ketiak.

Rio terkekeh melihat tingkah Rara. "Tunggu aku mandi, baru meluk aku. Lihat, tubuhku bau," ungkap Rio.

"Tapi aku suka," rengek Rara menghentakan kakinya.

Rio menangkup kedua pipi Rara, dikecup sekilas bibirnya. "Aku mandi dulu, Sayang."

"Yaudah," sahut Rara langsung melengos pergi.

Rio menutup pintu dan tak lupa juga mengunci rapat-rapat. Dia menyusul istrinya ke kamar.

"Sayang," panggil Rio sambil menaruh tasnya di sofa dan melonggarkan dasinya.

Rara tak menyautinya, posisi tidurnya membelakangi Rio. Membuat Rio pasrah dengan tingkahnya.

Rio membuka jas dan kaos putihnya. Kini tubuhnya tidak memakai sehelai baju pun, terlihat jelas roti sobeknya yang sempurna.

Rio menaiki ranjang, merayap pelan-pelan lalu mengusap bahu istrinya.

"Dut," panggil Rio.

"Apaansih! Dat, dut, dat, dut. Iya aku tau, aku gendut!" sahut Rara tanpa menengok.

"Sayang, hadap sini napa!" kesal Rio yang langsung kembalikan tubuh Rara.

Kini mereka sama-sama berhadapan dan saling berpandang. "Katanya mau peluk, sini peluk," ujar Rio lembut.

Senyuman Rara terangkat sempurna, di peluk dengan cepat tubuh sang suami. "Kamu bau," balas Rara menenggelamkan wajahnya di ketek suaminya.

"Kalau bau kenapa ngumpat di ketek?" tanya Rio sedikit bingung sembari merebahkan tubuhnya.

"Tapi aku suka," timpal Rara.

"Kuliah kamu gimana?" tanya Rio sambil mengusap sayang rambut Rara.

"Baik-baik aja, tapi tadi aku dihina," lirih Rara pelan.

Rio tersentak kaget. "Dihina gimana?!"

"Aku dikatain badut," adu Rara mulai terisak di pelukan Rio.

"Besok aku akan datang ke kampusmu, aku balakal kasih pelajaran untuk orang yang sudah menghina istriku. Kalau perlu, aku suruh yang punya kampus untuk mengeluarkan dia!" jawab Rio yang benar-benar menahan emosi.

Rara mendongak menatap Rio. "Tidak perlu, biarkan saja," balas Rara.

Rio menghapus air mata istrinya. "Tapi, Sayang. Dia sudah keterlaluan," ucap Rio.

"Aku mohon," pinta Rara. Melihat istrinya memohon seperti itu, perkataan Rio yang tadi di batalkan.

"Aku mau mandi dulu. Badanku sudah lengket," ungkap Rio mulai merasakan gerah.

"Gak boleh!" tolak Rara.

"Yaudah," pasrah Rio.




Tekan bintang⭐😉

Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang