Pesawat yang Rio tumpangi kini sudah sampai di bandara. Tepat pukul 03.07 pagi. Semua yang orang yang ada di dalam berhamburan keluar dari situ, termasuk Rio dan Tara serta para bodyguardnya.
Rio menghirup udara segar di pagi hari, dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan sang istri.
"Apa kau sudah menemui keberadaan istriku?" tanya Rio melirik ke salah satu bodyguardnya.
"Sudah tuan, saya sudah menemuinya."
"Antar saya kesana," titahnya yang di bales anggukan olehnya.
Rio menggendong Tara yang sedari tadi tertidur, dia mendekati mobil dan masuk. Mobil Rio kini di jalankan ke tempat tujuannya dengan di ikuti oleh 2 mobil di belakangnya.
2 jam kemudian, 3 mobil berhenti di apartemen yang di penghuniin oleh istri serta mertuanya. Rio keluar sambil membawa Tara mendekat ke pintu utama.
Rio menarik napas dalam-dalam, rasa senang terus saja memenuhi hatinya. Dia sudah tak sabar untuk memeluk istrinya.
Tok, tok!
"Sebentar! Siapa sih yang nenamu di pagi-pagi!" kesal Ana dari dalam.
"Rio!" kaget Ana saat membukakan pintu, melihat Rio yang sudah ada di hadapannya. Bagaimana dia bisa tahu, kalau dia dan Rara ada disini? Pikir Ana.
"Buk," ujar Rio menyalami tangan mertuanya yang dari tadi diam mematung akibat syok.
"Da - dari ma - mana kamu tahu?" bingung Ana.
Rio tersenyum ramah. "Aku memata-matai ibu sama Rara."
Ana mengkerutkan keningnya, menatap menantunya dengan lekat. "Kamu bawa siapa? Oh ... anak selingkuhan kamu ya?" tuduh Ana bersedekap dada.
Rio baru tersadar oleh keberadaan Tara. "Tara ini Rio temuin di jalanan, dia tersesat bahkan orang tuanya pun gak ada."
"Rara mana buk?"
"Mau ngapain?! Ibu gak akan temui kamu dengan Rara! Enak saja, setelah menyakiti anak saya kamu nanyain dia!" marah Ana.
"Buk, Rio mohon ... jangan pisahin Rio sama Rara. Apa ibu tega jika nanti Rara melahirkan anaknya tidak mempunyai seorang ayah?"
"Gampang, tinggal nyari suami baru," jawab Ana enteng.
"Buk, Aku mohon pertemukan aku sama Rara," melas Rio yang mulai menangis.
"Siapa buk?!" teriak Raka saat dari dalam karena telah mendengar bising-bising dari ibunya dan orang lain.
"Ini siapa?" tanya Raka bingung menatap Rio yang sedang menggendong anak kecil.
"Aku suaminya Rara," jawab Rio tersenyum simpul.
"Oh ... jadi lo yang udah tampar adik gue! Berani bangat nunjukin wajah lo di hadapan gue!" bentak Raka tersult emosi saat mengetahuinya.
Bugh! Bugh!
Raka langsung saja memukul wajah Rio dengan keras sehingga Rio terhuyung kebelakang, untung saja Rio segerah menyerahkan alih gendong Tara ke salah satu bodyguardnya.
"Brengsek!" bentak Raka menarik jas Rio, menatapnya dengan tatapan marah.
Bugh!
"Raka, hentikan!" teriak Ana mencobah memisahkan mereka berdua, namun usahanya gagal.
"Brengsek! Bajingan!" teriak Raka wajahnya memerah dan terus memukul wajah Rio.
Sementara Rio hanya pasrah, dia memang pantas untuk mendapatkan ini semua. Saat Rio mulai melemah, anak buahnya mencoba membela Rio tetapi Rio mengangkat tangannya agar dia tak ikut campur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfiction"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...