Ana duduk disamping Rara, dia pun makan bersamanya. Walaupun berdua, namun tidak mengurangi harmonis keluarganya.
_
Rio sudah bersiap-siap untuk pergi kerumah mertuanya agar bisa bertemu dengan istri tercinta.
Rasa rindu dan menyesal beradu di dalam dirinya. Sungguh bodo, Rio mengatakan pisah kepada istrinya. Apalagi dia tahu kalau Rara sedang mengandung anaknya.
Rio membawa makanan kesukaan Rara serta boneka jumbo panda yang dia beli semalam.
"Semoga Rara menerimahnya," gumam Rio sambil tersenyum tipis.
Mobil langsung dijalankan ke arah rumah Rara meninggalkan pekarangan rumahnya. Sepanjang perjalanan, Rio tersenyum lembut dan tidak sabar untuk bertemu istrinya.
1 jam perjalanan, mobil Rio sudah sampai diparkiran rumah mertuanya. Tanpa berlama, Rio membawa semuanya yang tadi. Dia mendekati pintu utama lalu mengetuk.
Tok, tok!
"Bentar!" teriak seseorang dari dalam yang kebetulan Rio mengenalnya. Suara Rara begitu candu untuk Rio.
Krek!
Rara membuka pintu perlahan, nampak Rio tersenyum sambil membawa pingkisan besar dan kantung kresek.
Rara hanya memasang wajah datar kepadanya. "Ngapain?"
"Aku bawa makanan kesukaanmu, Sayang. Pasti kamu senang," jawab Rio tersenyum lembut.
"Tidak perlu repot, aku tidak akan pernah menerimahnya," tolak Rara dingin.
Senyum Rio melengking kebawa mendengar ucapan sang istri. Hatinya terasa sesak yang begitu dalam, akibat pemberiannya ditolak.
"Aku mohon, terimah pemberianku," melas Rio bersedih.
Rara yang melihat seperti itu, menjadi tak tega, jika menolak akan membuat dia semakin sedih. Tetapi kalau diterimah, artinya dia memaafkannya.
"Aku sudah kenyang." alasan Rara menatap ke arah lain.
"Kalau sudah kenyang, kamu terimah ya bonekanya. Aku bawa boneka kesukaanmu," ucap Rio sambil mengusap pipi chabby Rara.
"Rara sudah jam 9, cepat siap-siap untuk kuliah!" teriak Ana dari dalam. Rara menengok kebelakang, begitu juga dengan Rio.
"Aku antar ya?" tawar Rio.
"Tidak usah." lagi-lagi Rara menolaknya. Rio nampak begitu sedih, semuanya serba ditolak oleh istrinya.
"Aku ingin mengusap anak kita," kata Rio yang tangannya hampir mendarat diperut Rara. Namun berhenti, kalah Ana keluar dengan tatapn tajam.
"Ngapain kamu?!" tanya Ana nada ketus.
"Aku kangen Rara."
"Pergi kamu!" usir Ana sambil mendorong tubuh Rio agar segerah pergi.
"Tapi, buk .... Rio mohon, kasih kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki rumah tangga kami," mohon Rio mulai menangis.
"Gak ada tapi-tapian!" tegas Ana mengambil sapu yang biasa ia gunakan untuk membersihkan halamannya.
"Aww! Sakit buk, sakit!" rintih Rio meminta ampun ketika tubuhnya dipukul oleh sapu.
Rara membekap mulutnya, agar tidak tertawa. Suaminya seperti perampok yang tertangkap basa oleh Ana.
"Sayang, aku pergi dulu. Nanti aku akan kembali lagi menjemputmu dan anak kita!" teriak Rio melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfiction"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...