•Sakit hati•

3.2K 273 110
                                    



Rara tertawa sumbang setelah mendengar kata-kata dari Aldo.

"Bisa aja kamu, Do!" katanya mencubit pelan lengan Aldo, sehingga sang empu meringis.

"Adu-adu, sakit Ra!" keluhnya mengusap bekas cubitan Rara sembari tersenyum.

"Salah kamu!" tekan Rara cemberut.

Aldo menyengir. "Gimana yaa ... abisnya kamu lucu," ungkap Aldo membuat Rara diam sekejap. Lalu terkekeh.

"Apanya yang lucu?" selidiknya.

"Semuanya yang ada di diri kamu. Dari mulai bibir, hidung, mata, sampai ke pipi!" geram Aldo mencubit pipi gembul Rara karena gemas.

"Sa ae kang Lonte," balas Rara tertawa geli.

Aldo mengerutkan dahinya. "Lonte?"

Rara mengangguk. "Lontong sate," jawab Rara menatap Aldo.

"Papa!" suara familiar terdengar di telinga Rara, membuat dia seketika terdiam.

Seperti suara putranya, Rara hafal betul. Ia cepat-cepat mencari sumber suara tersebut. Melihat sekeliling di dalam cafe tersebut.

"Kenapa, Ra?" tanya Aldo memperhatikan raut wajah Rara.

"Aku mendengar suara putraku, tapi dia gak ada," sahut Rara yang terus menatap di sekelilingnya.

"Masa sih? Bukannya itu suara anak kecil yang ada di belakang kamu?" tebak Aldo, ia juga mendengar suaranya.

Rara pun menoleh ke belakangnya setelah Aldo memberitahukan suara khas anak kecil tersebut.

Tubuh Rara menegang, bahunya lemas, serta matanya mulai berkaca-kaca ketika melihat putranya yang sudah beberapa hari ini tak berjumpa.

"Raja!" seruh Rara bahagia melihat anaknya.

Saat Rara hendak bangkit dan menemui anaknya, tiba-tiba Rio membawa putranya keluar dari dalam cafe bersama Lita.

"Mas! Tunggu Mas!" teriak Rara mengikuti suaminya karena hanya ingin melepas rindu dengan anaknya.

Rara berlari dengan tergesah-gesah tanpa menghiraukan teriakan dari Aldo. Karena tak mau terjadi apa-apa, Aldo pun keluar mengejar Rara.

"Mas Rio tunggu!" panggil Rara yang terus di abaikan oleh Rio.

"Hmm, Pak. Istri bapak manggilin," ujar Lita sedikit tak tega melihat kondisi Rara yang tengah hamil sedang berlari.

"Cuekin aja, ayo cepat ke mobil!" balas Rio tegas, Lita hanya mengangguk mengikuti arahan Rio.

Mereka langsung masuk ke mobil, lalu menjalankannya dan segera keluar dari parkiran.

Rio sebenarnya juga tak tega melihat istrinya berlari hanya untuk menemui sang putra, namun Rio tetap kekeuh pada gengsinya. Ia marah, bahkan sangat marah tentang kejadian tadi.

Rara berhenti tepat di belakang mobil Rio yang sudah pergi. "RAJAAAAAA!!" teriak Rara meraung-raung memanggil anaknya.

"Jahat kamu Rioo!!" sambung Rara yang sudah tak tahan emosinya, sampai-sampai tak memperdulikan sekitarnya yang lalu-lalang orang.

Dari kejauhan, Aldo nampak tergesah-gesah menghampiri Rara yang tengah menangis.

Tanpa menunggu lama, Aldo memeluk Rara. Membawa Rara ke dalam dekapan nyamannya.

Tangan berurat Aldo mengusap surai rambut Rara. "Sudah jangan nangis, nanti cantiknya ilang loh."

"Kangen bangat Do! Kangen!" tangis Rara sembari memukul pelan dada dia.

"Sudah-sudah, pasti nanti bakal ketemu. Jangan di pikirin dulu, mending kamu jaga kesehatan kamu sama janin kamu," ujar Aldo yang masih memeluk Rara.

Tanpa Rara sadari, tangan Aldo terkepal kuat, bahkan sangat kuat hingga menimbulkan semua uratnya.

'Akanku balas perbuatan suamimu,' batinnya marahh.

_

Di dalam perjalanan, Rio terus menatap lurus jalanan tanpa menjawab berbagai pertanyaan dari Lita, bahkan putranya saja merengek ingin sesuatu.

"Pak, kita mau kemana lagi?" tanya Lita sembari mendiamkan Raja.

"Kita balik aja," balasnya singkat.

Lita menyipitkan matanya. "Lah, gak jadi kencan?" protesnya.

"Udah gak mood, saya mau balik aja," balas Rio sedikit sengit membuat Lita langsung nurut.

"Mama!" tangis Raja yang memberontak dari pangkuan Lita.

"Pak, Raja dari tadi memanggil mamanya. Ini gimana?" tanya Lita bingung.

"Coba kasih coklat yang ada di gasboard," jawab Rio mengarahkannya di tempat coklat berada.

'Sakit bangat, Ra!' batin Rio meringis sakit sambil mengecangkan pegangannya di stir.

Sekian lama perjalanan, akhirnya mobil Rio sampai juga di pekarangan rumah Lita.

Lita menyerahkan Raja pada Rio lalu keluar dari dalam mobil.

"Makasih ya, pak. Gak mampir dulu?" tawar Lita ramah.

Rio menggeleng. "Gak usah, saya mau langsung balik aja," tolaknya halus namun membuat hati Lita sedikit tersentil.

"Yaudah, Pak. Hati-hati di jalan," ujar Lita. Rio mengangguk sembari merapikan anak rambut putranya.

"Saya pamit," balas Rio kemudian menghidupkan mesin mobilnya, lalu pergi dari pekarangan rumah Lita.

"Papa," panggil Raja polos menatap Rio.

"Kenapa sayang?" balas Rio tersenyum.

"Mam," balas Raja menarik-narik kemeja papanya.

Pria itu terkekeh, lalu mencium pipi Raja sekilas. "Sabar ya, nak. Bentar lagi kita balik, nanti mamamnya di rumah aja."

Raja mengangguk paham dengan polos sambil mengunyah coklat yang tadi. "Mama," celutuk Raja memukul-mukuk gemas tangan papanya.

"Mama ada di rumah sayang," bohong Rio terus memangku Raja.

"Anyo bayikkkk," rengek Raja setelah Rio mengatakan Rara ada di rumah, Raja seketika semangat dan ingin di gendong dengan mamanya.

Pria itu terkekeh melihat kelucuan pada putranya. Andai saja nyata bahwa istrinya ada di rumah, Rio pun akan sama dengan anaknya yang semangatnya memuncak.

Tapi realitanya tidak sesuai.

"Papa juga kangen sama mamamu," gumam Rio.

••••

😒🖕

Follow Pena0716






Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang