Setelah kepergian sang istri, Rio bangkit dan menemui Raja yang sudah tertidur di kamar, berkat pelayan yang menenangkan putranya.Rio menaiki anak tangga, lalu masuk ke kamar. Bibirnya tersenyum melihat keberadaan anaknya, walaupun hatinya masih sakit setelah istrinya pergi.
Pria itu duduk di pinggir kasur, tangannya mengusap kepala anaknya dengan lembut.
"Maafin papa, nak," gumamnya dengan mata memerah menahan tangis.
Badan Rio bergetar kembali, betapa bodohnya ia menjadi pria.
_
Seorang wanita baru saja sampai di hotel, memesan satu kamar untuknya. Badan Rara terasa lelah, wajahnya pun sedikit pucat.
Ia menaruh kopernya di samping tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan juga menghilangkan rasa lelahnya.
Setelah beberapa menit, Rara pun keluar dengan memakai piyamanya. Lalu duduk di atas kasur, merenungkan semuanya.
Putranya, yang ia lahirkan tidak ada di pelukannya, malah sebaliknya berada di pelukan suaminya.
Pandangan Rara kosong sembari menghadap ke depan, bibirnya tersenyum tipis. "Mama kangen kamu Raja."
Untuk saat ini, biarkan mereka berpisah rumah untuk berintropeksi diri masing-masing.
_
Tak terasa pagi telah tiba, Rara terbangun karena pancaran sinar matahari. Ia memandang sekitar, kemudian duduk sambil mengelus perutnya.
"Laper bangat, mana makanannya gak enak. Sarapan di luar aja dehh," gumamnya kemudian bangkit, dan masuk ke kamar mandi.
Di sisi lain, seorang anak kecil tak henti-hentinya menangis, papanya pun sudah berbagai bujukan agar diam, namun tangisannya tak kunjung redah.
"Cup, cup, diam ya sayang. Kepala papa pusing nih," keluhnya sembari menggendong tubuh putranya.
"Mama!" isakannya terus-terusan memanggil mamanya, matanya sudah sembab.
Hati Rio mencelos sakit saat anaknya tanpa sengaja menyebutkan nama istrinya.
"Ini salah papa, nak," sesal Rio, tangan sebelah mengusap punggung Raja.
_
Rio berjalan menuruni anak tangga, kemudian pergi ke dapur untuk melaksanakan sarapan pagi.
"Bikinin susu untuk anak saya," titah Rio sembari mengambil roti yang sudah di balutin selai.
"Baik, tuan," balas pelayan tersebut, kemudian segerah membuatkan susu formula untuk Raja.
Rio yang masih terpokus dengan sarapannya, tiba-tiba terganggu karena suara ponselnya berdering.
Pria itu meraihnya, lalu melihat siapa yang sudah berani menganggunya di pagi-pagi seperti ini.
"Ikbal," gumamnya dan Rio langsung mengangkatnya, siapa tau dapat informasi.
["....."]
"Pantau terus, jangan sampai ketahuan."
["....."]
"Oke."
Tuttt ....
Bibir Rio tersenyum senang, ternyata isttinya itu menginap di hotel terdekat. Tak sia-sia ia menyuruh anak buahnya untuk mengikutinya dan terus memantaunya.
Rio sengaja memantaunya agar ia tahu keadaan istrinya dan juga janinnya yang masih di kandung.
Semalaman Rio sangat cemas pada mereka berdua, tidurnya saja tidak nyenyak seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfiction"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...