Rara dan Rio masih tertidur pulas dengan posisi saling memeluk. Karena merasa terganggu oleh sinar matahari, Rio terbangun duluan.
Dia melihat istrinya yang masih memejamkan matanya, sangat damai! Membuat dirinya betah memandanginya.
Rio mengecup bibir Rara sekilas, lalu membanrkan posisinya menjadi duduk. Rio juga melihat Tara yang masih tertidur di pinggir dekat Rara.
Seperti anak sama ibu jika di lihat seperti itu. Rio menyibak selimutnya, dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Selang beberapa menit, Rio keluar yang sudah rapi dengan pakaian santainya. Dia mendekati dua wanita yang masih tertidur.
"Bangun sayang, udah siang," ujar Rio menepuk pipi Rara pelan.
"Eugh ...," lenguh Rara bergeliat manja sembari merentangkan kedua tangannya.
"Masih ngantuk," balas Rara dengan posisi masih menutup matanya.
"Bangun dong!" rengek Rio memanyunkan bibirnya.
"Aiss! Kamu ini kaya anak kecil saja!" kesal Rara terpaksa membuka kedua matanya, lalu menatap suaminya dengan kesal.
"Gitu dong!" seruh Rio sontak memeluk tubuh gemuknya Rara.
"Ihh ... berat tau!" ketus Rara mencoba melepas pelukannya, namun tak terlepas karena tenaga Rio lebih besar darinya.
"Mandi bareng yuu?" ajak Rio menatap antusias wajah Rara.
"Males! Bukannya kamu udah mandi?" bingung Rara.
"Pengen mandi lagi," jawab Rio cengengesan.
"Kurang asem!" umpat Rara menyeka selimut dan pergi ke kamar mandi. Tak lupa juga menutup pintu rapat-rapat.
_
Rio dan Rara menuruni anak tangga satu persatu sambil menggendong Tara yang sudah wangi sehabis mandi.
Mereka bertiga bergabung makan siang bersama. Kebetulan, Adi sudah membaik kondisinya sehingga keluarga mereka lengkap.
Rio memangkuk tubuh gemoynya Tara lalu mengambil makanan, begitu juga dengan Rara.
"Bukannya kamu gak suka udang, Sayang?" tanya Rio saat melihat Rara mengambil udang dan ditaruh kepiringnya.
"Suka dong," jawab Rara bangga.
"Gudikan nanti!" sindir Raka disela mengunyah.
"Abang yang gudikan!"
"Kamu."
"Abang!"
Kamu."
"Abang!"
"Sudah Rara, Raka! Kalian seperti anak kecil saja! Ibu benar-benar cape dengan kalian!" marah Ana dengan napas turun naik.
"Benar kata ibu, nak. Kamu sudah dewasa jadi jangan bertengkar, lagi" timpal Adi suara paraunya.
"Iya, ayah," jawab mereka barengan.
"Benar kata ayahmu, sayang. Jngan berantem terus," balas Rio sembari menyuapi Tara.
"Hemm."
_
Rio mengajak Rara keluar rumah dan berjalan-jalan menikmati taman kota.
"Om! Tala mau itu!" rengek Tara menunjuk gulali ke si pedagang. Rara hanya diam dan mengikuti arahan dari Tara.
"Kamu mau juga, Sayang?" tanya Rio kepada Rara, sang empu hanya menggeleng tak nafsu.
"Aku ke sana dulu ya," pamit Rio langsung mengajak Tara ke sana untuk membelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfiction"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...