•Berantam•

3.9K 279 9
                                    

Bik Surti datang dengan nampan berisi minuman serta cemilan. Ia letakan di atas meja, lalu pamit kembali ke dapur.

"Di makan, Nak," ujar Rinjani ramah.

Rara mengangguk, dan tersenyum tipis. "Iya, Bu."

Menit kemudian, Rara mengambil segelas jus melon. Lalu meminumnya hingga setengah.

Rio pun meminumnya sama seperti sang istri, matanya tak berpaling ke yang lain.

Dia masih suka dengan wajah Rara, sehingga tak kedip-kedip di buatnya.

Rinjani memperhatikan anak dan mantunya. Bahkan dia pun bisa melihat adanya cinta yang besar di mata Rio buat istrinya.

"Ekhem!" dehem Rinjani berpura-pura agar tidak merasa di kacangi.

Rio tersentak kaget, lalu wajahnya menatap ke yang lain. Dirinya menjadi salting gara-gara deheman ibunya.

"Kenapa, bu?" tanya Rara khawatir.

Rinjani menggeleng. "Gak papa, Nak. Tadi ibu lihat, Rio memperhatikan kamu terus."

"Benarkah?" tanya Rara sambil cekikikan.

"Benar! Matanya hampir mau copot!" ungkap Rinjani menggoda.

"Assalamualaikum! Kami pulang!" teriak familiar terdengar di telinga Rio dan Rinjani, namun berbeda dengan Rara. Suara asing begitu mengejutkan.

Mereka bertiga menoleh ke sumber suara. Terlihat lah dua pemuda tampan berjalan santai menghampiri mereka.

"Ehh, BangKe sama BangZi udah pulang?" basa-basi Rio kepada abang-abangnya.

"Ehh, anak bontot! Baru ke sini lagi?" tanya Kenzo sambil duduk di samping Rinjani.

"Ck! Mata luh buta?! Kami pulang lah, ini rumah kami!" kesal Kenzi.

Kenzo dan Kenzi adalah anak kembar. Sifat mereka sedikit berbeda. Kenzo yang lemah lembut dan Kenzi yang sedikit galak plus datar.

"Santai lah bang! gue cuman nanya!" sahut Rio ngegas.

Kenzo dan Kenzi melirik Rara. Tatapannya sedikit bingung dengan gadis yang foster tubuhnya lumayan montok.

"Istrimu, Yo?" tanya Kenzo menatap Rio dengan bingung.

"Iya, dia istri gue."

"Serius luh? Istri luh gitu amat!" sindir Kenzi menatap jijik.

"Zi! Jaga ucapan luh!" hardik Kenzo memplototi saudara kembarnya.

Rara yang mendengar itu, seperti dikucilkan olehnya. Wajahnya pun menunduk dan murung.

Rio yang melihat istrinya menunduk, menjadi kesal dengan ucapan abangnya itu. Berani sekali dia mengatahinya.

"Selerah luh rendah amat yo, dapatin istri kek dia. Montok sih, cuman kurang cantik," prontal Kenzi yang membuat marah Rio memuncak.

"Kalau gue sih ogah!" sambung Kenzi remeh.

Rinjani dan Kenzo mendelik tak percaya.

Rio berdiri dan langsung menarik kera baju Kenzi sehingga mereka berdiri di hadapan Kenzo, Rinjani, dan Rara.

"MAKSUD LUH APA ANJING?! JANGAN PERNAH NGEHINA ISTRI GUE KEK GITU! WALAUPUN DIA GAK KAYA CEWE DI LUARAN SANA, TAPI GUE CINTA!!" murka Rio di muka Kenzi si abang keduanya.

Kenzi terjingkat dengan murkahnya Rio. Marah sekali dirinya ketika istrinya di hina seperti itu.

"TARIK UCAPAN LUH!!" sambung Rio dengan rahang mengeras serta urat tangannya menimbul sempurna.

"Mas ...," panggil Rara lembut ke suaminya agar perkaranya berhenti.

Kemarahan Rio mereda ketika mendengar suara istrinya. Rio melirik sang istri dengan hati yang berdegup kencang akibat tadi.

"Sudah hentikan, Mas. Jangan seperti ini,"  mohon Rara ke Rio supaya berhenti.

"Benar, Nak. Jangan seperti ini dengan abangmu," timpal Rinjani.

Setelah mendengar suara dua wanita itu, mata Rio kembali melirik ke Kenzi.

Bughh!

Rio meninju wajah Kenzi hingga tersungkur. Kenzo yang melihatnya langsung membantunya berdiri.

Saat hendak Rio memukul kembali wajah Kenzi, namun segera di tahan oleh Kenzo.

"Hentikan, Yo!" bentak Kenzo marah.

Hati Kenzo benar-benar muak dengan adik-adiknya itu. Seperti bocah yang sedang berebutan permen.

Rio mendekati istrinya dengan napas turun naik. Lalu menggenggam tangannya agar lebih tenang sedikit dan amarahnya pun redah.

"Kamu gak papa, sayang?" tanya Rio khawatir gara-gara ucapan Kenzi keterlaluan ke istrinya.

Rara menggeleng pelan dengan senyuman tipis. "Gak gapp, Mas. Aku baik-baik aja."

"Syukur dah," balas Rio mengusap pipi gembul Rara dengan lembut.

"Sudah hentikan! Kalian, masuk ke kamar kalian!" teriak Rinjani kesal.

Kenzo membantu Kenzi berjalan ke kamarnya yang di lantai atas. Dan Rio serta Rara masuk ke kamar Rio tempo dulu.

_

"Maafin sikap Kenzi ya, Ra. Omongannya gak pernah di saring dulu, jadi gitu dah," ujar Rio takut kalau hati istrinya sakit gara-gara abangnya.

"Iya, Mas."

Rio berbaring di paha Rara dengan posisi menghadap perutnya yang terdapat sang buah hati mereka.

"Anak Daddy, gak papa, 'kan di sana?" tanya Rio mendekatkan telingahnya di perut Rara.

Dug! Dug!

Mata Rio mendelik, ia tak mungkin salah dengar dari perut Rara.

"Kenapa Mas?"

"Bayinya marah nih, sama Daddy-nya. Masa dia nendang aku sih," rajuk Rio memanyunkan bibirnya.

Rara tertawa renyah, lalu mengusap rambut Rio. "Masa sih?"

"Iya, sayang. Aku gak sabar dah gendong anak kita!" seruh Rio menatap wajah Rara yang di atasnya.

"Mas, kamu maunya jagoan atau princes?" tanya Rara yang masih mengusap rambut suaminya.

"Mau jagoan ataupun princes, aku sih gak masalah. Kalau misalnya datangnya jagoan, nanti kita tinggal bikin princesnya aja. Begitu juga dengan sebaliknya," goda Rio tersenyum mesum.

"Ihh ... Mas mah!" sebal Rara memukul pelan dada Rio.

Lantas Rio tertawa yang di iringi tawa Rara. Kamar mereka di penuhi oleh tawaan senang.

Hari ini, Rara sepertinya akan menginap di rumah mertuanya bersama sang suami. Sekalian lebih akrab dengan mertua.


Bersambung

Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang