1 bulan kemudian ....
Tak terasa keberadaan Rara dan Rio sudah selama itu di London. Kini akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Kandungan Rara kian semakin membuncit, sehingga dirinya selalu di peringati oleh sang suami agar tidak melakukan yang berat-berat.
Rio sangat menyayanginya sehingga apapun yang Rara lakukan akan di batasi olehnya.
Terkadang juga, Rara sering merajuk kerenanya. Makan yang terlalu pedas tak boleh, makan yang terlalu manis pun tak boleh juga. Rara juga mengirah kalau dirinya sangat di kekang.
Tapi di balik itu semua, Rara sangat mencintainya.
Sama halnya dengan sekarang, ketika Rara ingin es krim tetapi Rio tidak membelikannya.
"Udah dong ngambeknya, aku kan jadi ngerasa bersalah," mohon Rio memasang wajah imut di depan sang istri.
"Ck! Suami gak peka!" sindir Rara bersedakap dada dan melihat ke arah lain.
"Sayang ... kamu tuh kalau makan es krim gak kira-kira. Kemarin sudah 5 aku beliin, dan itu pun sekali abis kamu makan. Dan sekarang? Minta es krim lagi? Aku gak bakal beliin!" sahut Rio marah yang berusaha mencegah.
"Satu doang ... ayolah, kamu kan banyak duit. Masa es krim 10 rb kamu gak kuat bayar?" Rara semakin kesal di buatnya.
"Bukan gitu sayang ... kamu lagi hamil, nanti kalau kenapa-napa gimana? Aku gak mau itu terjadi," balas Rio mengusap pipi gembulnya Rara.
"Iss! Dasar pelit!" ketus Rara berdiri dan langsung keluar dari kamarnya meninggalkan Rio.
Rio menggeleng kecil menatap kepergian Rara, ada rasa geli ketika dirinya mengambek bak anak kecil.
_
"Kenapa tuh, wajah manyun terus?" tanya Raka di sela permainan coklak bersama Tara.
Rara membuang napas gusar, lalu duduk di sofa sambil bersenderan.
"Aku mau es krim, tapi gak di beliin!" jawabnya memanyunkan bibirnya.
"Cuman karena itu? Hahaha!" tawa Raka seketika pecah mendengar jawaban tadi.
"Ihhh ... abang sama suami, sama aja. Gak peka! Emang ya, cowo itu emang gak peka!" cibir Rara memasang wajah kesal di harapan Raka.
"Rara sayang!" panggil Rio dari atas turun kebawa.
"Noh, suami kamu bucin," ujar Raka cekikikan.
"Jomblo tua!" sindir Rara yang mampu membuat Raka kesal.
"Nanti kalau kita balik ke Indonesia baru beli es krim. 20 pun gak masalah, asal kamu senang," ucap Rio duduk di sebelah Rara sambil mengelus puncak kepalanya.
"Benarkah?" tanya Rara kurang tapi percaya.
"Iya sayang," jawab Rio tersenyum manis.
"Maaciw suamiku," cicit Rara berhamburan memeluk tubuh kekar Rio. Rio pun membalasnya dengan senang hati.
"Harap bijak, jangan bermesrah-mesrahan di depan abang Raka yang tampan ini!" sebal Raka ketika melihat keuwuan adiknya.
"Ciee ... ada yang cembulu," sahut Tara menutup mulutnya girang.
Raka menoleh ke arah Tara, lalu di tatapnya dengan sangar. "Adek kecil, kenapa bisa ngarti cemburu?"
"Waltu itu, mama Tala juga cembulu sama papa Tala, caat papa Tala ketahuan celingkuh," jelas Tara sehingga Raka terdiam sejenak.
"Waw! Serius Tara? Mama kamu cemburu? Mending cerai saja sama papa kamu dan nikah sama om, gimana? Setuju gak om jadi papa kamu?" tanya Raka menaikan alisnya dan mencoba menggoda.
"Tala gak mau!" tolaknya menenggelembungkan pipinya.
"Sukurin di tolak!" balas Rara ketewa bersamaan dengan Rio.
"Sabar ... orang ganteng emang kudu sabar," gumam Raka mengusap dadanya.
_
"Hati-hati ya, Ra. Nanti kalau ada apa-apa kamu telpon ibu, biar nanti abangmu ke sana," pintah Ana memeluk tubuh gemuknya Rara dan melepasnya sambil memegang kedua pundak.
"Iya, Bu. Ibu sama Ayah baik-baik di sini ya, nanti Rara bakal datang lagi," balas Rara dengan mata berkaca-kaca.
"Jagain ponakan abang, Ra. Jangan sampai kenapa-napa!" Raka memperingati kandungan Rara agar baik-baik saja.
Raka memang sangat menanti keponakannya, ia ingin mengajarkan ponakannya menjadi fakboy jika cowo. Dan jika cewe pun tak apa, yang penting Raka mengajarinya menjadi fakgirl.
"Siap, bang!" jawabnya berseruh.
"Kami pamit, Bu, Ayah." Rio mencium punggung mertuanya dengan sopan.
"Jagain Rara, Yo. Ayah nitip Rara sama kamu," balas Adi kepada menantunya.
Rio mengangguk paham. "Pasti, Yah."
"Hati-hati!" seruh mereka barengan saat Rara, Rio, dan Tara masuk ke dalam taxi.
"Sampai jumpah!" balas Rara mulai menangis.
Raka yang melihat adiknya nangis, langsung membuka suara.
"Jangan cengeng adik kesayangan abang!"
Rara yang mendengar itupun seketika tersenyum culas.
_
Rio dan Rara sudah sampai di bandara dengan posisi Rara menuntun Tara agar tidak hilang.
Mereka secepatnya masuk ke dalam pesawat yang menuju Indonesia.
Selepas penumpang masuk semua, pesawat yang mereka tumpangi pun perlahan-lahan jalan dan terbang.
"Seeyou London," gumam Rara.
Bersambung
Part selanjutnya, Tara kayanya udah gak tinggal sama Rio dan Rara dah. Soalnya udah mau ketemu sama orangtuanya🤧
Kalian sedih gak Tara gak tinggal lagi bareng mereka??
Jujur, author sedih dikit sama Tara🤧😭Tekan bintangnya gays😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfiction"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...