•Remukkk•

3.4K 286 138
                                    


Rio memarkirkan mobilnya cepat, lalu keluar dan masuk ke dalam dengan perasaan sakit.

"Sayang!" teriak Rio menggema di ruang tamu. Pelayan yang ada di dapur seketika berlari menghampiri majikannya, takut terjadi apa-apa.

"Mana Rara?!" geram Rio megepalkan kedua tangannya.

"Nyonya ada di kamar tuan," balas pelayan itu gemetar, melihat wajah Rio yang benar-benar marah.

"Tuan, tadi nyonya nangis," adu pelayannya dengan memasang wajah sedih.

Hati Rio mencelos sakit, mendapat kabar kalau istrinya nangis gara-gara ulahnya.

Rio berlari menaiki tangga, melihat kondisi istrinya yang tengah hamil. Ia takut kalau janin nya bermasalah.

Brakkk!

Rio mendobrak pintu kamar, dan pandangannya tertuju pada sang istri dan putranya yang tengah menangis.

Tubuh Rio melemas, melihat anak istrinya seperti itu. "Sayang ...," panggil Rio mendekat.

Rara acuh, ia masih sibuk memasukan bajunya ke dalam koper. Tekatnya sudah bulat untuk keluar dari rumahnya dan meninggalkan suaminya.

Rara juga akan membawa Raja pergi bersamanya. Ia tak sudih menyerahkan putranya ke suaminya.

"Kamu mau kemana?" bingung Rio berusahaa memegang lengan istrinya, namun Rara terus menepisnya.

"Ra, dengerin mas dulu. Mas gak selingkuh sayang," ucap Rio berusaha menghentikan istrinya.

Rara tetap diam.

"Sayang, mas mohon. Jangan pergi!" cegah Rio menarik kedua tangan Rara yang tadinya memasukan bajunya ke koper.

"Lepas!" berontak Rara berusaha.

"Gak! Mas gak akan lepasin kamu!" bantah Rio tak mau ngalah.

Raja juga ikut nangis, tangisan nya membuat orangtuanya lemah. Namun, Rio lah di balik semuanya.

"Lepas!" bentak Rara sudah tak tahan. Rio diam membisu, mendapatkan bentakan dari sang istri.

Perlahan, tangan Rio melepas genggaman Rara. Rio mematung dengan air mata yang sudah membasahi wajah gantengnya.

Rara menggendong Raja dan menyeret koper keluar kamar. Namun belom sempat keluar, Rio menahannya lagi.

"JANGAN KELUAR RARA!" geram Rio melangkah marah menghampiri mereka.

Rio menatap wajah Rara dengan perasaan sakit. "JANGAN BAWA PUTRAKU!" desis Rio mengambil Raja dari gendongan Rara.

Rara tak menyerahkan begitu saja, ia menahan badan Raja agar tak di ambil oleh suaminya.

"RAJA ITU ANAKKU, AKU BERHAK MEMBAWANYA PERGI!" balas Rara sembari berteriak yang di iringi tangisan.

"DIA JUGA ANAKKU, AKU JUGA BERHAK MENAHAN ANAKKU!" bentak Rio berusaha mengambil Raja.

Raja benar-benar seperti barang rebutan. Anak kecil itu sudah terisak.

Menit berlalu, akhirnya Raja berada di gendongan Rio. Tenaga Rara mulai melemah dan memudahkan Rio mengambilnya.

"Kembalikan anakku!" tangis Rara berusaha merebutnya.

Rio menepis tangan Rara. "AKU PERINGATKAN SEKALI LAGI! JANGAN PERNAH MEMBAWA PUTRAKU KELUAR DARI SINI!" suara Rio begitu keras di dalam kamar.

"Pelayan!" teriak Rio memanggil pelayan.

Pelayan pun datang dengan tergesah-gesah menghampirinya. "Iya, Tuan."

"Bawa anakku keluar dan diamkan dia," titah Rio menyerahkan Raja pada pelayan.

"Baik, tuan." pelayan tersebut keluar dari kamar membawa Raja yang sudah meraung-raung terisak meminta di gendong oleh mamanya.

Kini tinggal lah mereka berdua. Rara hampir saja ikut dengan pelayan dan mengambil anaknya kembali.
Namun, tangan Rio dengan cepat menariknya kembali.

"Jangan egois, Ra!" gertak Rio menatap Rara tajam.

"Kamu yang egois!" tukas Rara sembari menunjuk wajahnya.

"Aku tau, aku gendut. tapi aku juga wanita, aku gak suka di selingkuhin!" sambung Rara semakin terisak sambil memukul dada suaminya.

Rio diam, membiarkan istrinya itu memukuli dirinya. Ia pantas mendapatkan pukulan darinya.

"Kamu jahat! Jahat! Jahat!" raung Rara terus-terusan.

"Hentikan! Kamu sedang hamil, jangan seperti ini!" kata Rio mendekap badan istrinya. Mengusap punggungnya.

Hati Rio remuk, mendengar suara tangisan istrinya. 'Maafin aku,' batin Rio seraya air matanya ikut keluar.

Menit berlalu, kondisi mulai sunyi. Rio melepas pelukan pada istrinya, melihat wajah Rara yang benar-benar sembab.

"Ceraikan aku."

Satu kata lolos dari mulut Rara. Wanita itu menghapus air matanya dengan kasar, menyeret kopernya kembali.

Kegeraman Rio meningkat, pria tersebut menarik lengan Rara dan menciumnya. Rara memberontak, ia benar-benar jijik dengan ciuman darinya.

"Lep - passs!" berontaknya berusaha.

Plakkkk.

Rara menampar pipi Rio dengan keras. "Jangan pernah menyentuhku, bajingan!" desisnya, lalu keluar dari kamar.

Rio terdiam setelah mendapatkan tamparan dari istri tercintanya. Matanya menatap sendu punggung Rara yang sudah menghilang dari kamar.

_

Rara dengan tergesah-gesah turun dari tanggah, mencari keberadaan putranya. "Bibi! Dimana putraku!" teriak Rara seperti orang kesetanan.

Tak ada sahutan dari o seorang pun. Rara akhirnya menggeledah seisi ruangannya. "Dimana anakku," gumam Rara mencari di setiap tempat.

"Di bawa kemana putraku pada pelayan sialan itu!" Rara mengepalkan kedua tangannya, kemarahannya mulai kembali.

"JANGAN HARAP KAMU BISA MEMBAWA ANAKKU PERGI BERSAMAMU! TIDAK AKAN AKU BIARKAN!" ujar Rio tiba-tiba yang tengah berdiri di anak tangga.

Rara memutar badannya, melihat si bajingan itu. "Kaparat! Kembalikan putraku!" teriak Rara kencang.

"Tidak semudah itu," ejek Rio menyilangkan tangannya di dadanya.

"Dan satu lagi, aku tidak akan menceraikanmu. Secara kamu sedang mengandung anakku sayang," sambung Rio tersenyum.

Kali ini senyumannya bukan senyuman seperti biasa, namun senyuman menantang.

"Iblis terkutuk!" umpat Rara benar-benar muak. Ia mengambil napas dalam-dalam, kemudian keluar membawa kopernya.

Ia menyerah pada semuanya, jika putranya akan bahagia bersama suaminya, Rara juga gak akan membawanya pergi. Biarkan Raja di sini.

Rara keluar dari rumahnya dengan membawa beribu-ribu luka. Rumah tangga yang ia impikan, kini sudah hancur akibat orang ketiga.

Badan wanita itu melemah dan gematar. Matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis.

Rara menaiki taxi yang lewat depan rumah. Untuk sementara ini, ia akan menginap di hotel, lalu akan pergi ke rumah orangtuanya yang di London.

Keluarga orangtua Rara belum tahu soal ini, Rara sengaja tak memberitahukannya. Ia takut, keluarganya sedih.

Taxi perlahan pergi ke tempat tujuannya, meninggalkan rumah yang seperti gedung tersebut.

Rio melamun sendirian di ruang tengah, masih tak menyangka dengan hancurnya rumah tangga mereka.

"Kenapa seperti ini!" gumam Rio menjambak rambutnya. "Ini salahku, salahku!" teriaknya.

"Jangan tinggalin aku, Ra ...."

••••>

Pena0716

Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang