"Wajar sih, kan kamu istriku," goda Rio menggesekan hidungnya ke Rara.
"Iss! Kamu mah ngeselin." Rara membuang muka ke arah lain agar tidak menatap Rio.
"Aku disini Sayang, bukan di sana," ujar Rio menarik dagu Rara agar ia bisa melihatnya.
Pandangan mereka bertemu, saling menatap sambil tersenyum.
"Makan ya, aku gak mau kalo kamu kurus," sambung Rio tersenyum. Dirinya mengambil sekotak bubur dan mulai menyuapi istrinya.
Suapan demi suapan di terima oleh Rara. Beruntung bangat, ia mempunyai suami yang perhatian walaupun egois.
Selang beberapa menit, Rara telah selesai sarapan. Rio meraih segelas air lalu meminumkannya ke bibir Rara.
Setelah selesai semuanya, Rara berbaring kembali agar kondisinya cepat membaik. Rio menatap perut Rara yang sedikit rata.
"Sayang ... kapan sih, perut kamu ada isinya?" tanya Rio lirih.
"Isi? Kan ada isinya," jawab Rara polos.
"Astagfirullah." Rio beristigfar dalam hati, ingin rasanya ia terkam sekarang juga tapi tempatnya salah.
"Dede mungil, Sayang," balas Rio tersenyum.
"Oh, itu. Belum tau," timpal Rara tak kalah tersenyum manis.
"Mungkin harus ngulangin lagi, kan secara kita baru 1 kali," ujar Rio dengan tampang polos.
"Dasar mesum!" ketus Rara memanyunkan bibirnya.
"Kalau punya anak kan enak, biar nanti kamu gak kesepihan," ucap Rio mengacak-ngacak rambut Rara.
Dret ... dret ....
Ponsel Rio bergetar di dalam saku. Langsung saja, Rio merogohnya dan menggeser layar hijau.
Via telpon.
"Hallo."
["Bos, markas kita yang berada di hutan diserang."]
"Bodoh! Kenapa bisa tau!" bentak Rio. "Siapkan senjata, kita serang markasnya Fatur!" sambung Rio mematikan ponselnya.
Fatur, musuh Rio sejak SMA dulu. Fatur juga seorang mafia, akan tetapi kekuasaannya masih banyakan Rio di bandingkan dia. Maka dari itu, sebagai cara akan ia lakukan supaya bisa menghancurkan martabat Rio.
"Kenapa?" tanya Rara menatap Rio bingung.
"Bukan apa-apa, Sayang," jawab Rio mengecup bibir Rara sekilas.
Rio memakai jaket hitamnya tak lupa juga, ia memakai masker dan topi supaya tidak di curigai.
Cup!
Rio mencium kening, pipi, serta bibir Rara secara cepat. "Aku pergi dulu, kamu jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa, teriak saja. Bodyguard sudah ada, ia menjagamu dari luar," jelas Rio, Rara mengangguk paham.
"Kalau kamu sudah sembuh, kita bikin juniornya Rio," bisik Rio lalu pergi dari ruangan itu.
"Dasar suami gaje!" umpat Rara kesal.
Rio berlari cepat ke mobil, lalu masuk dan di hidupkan mesinnya. Rio menjalankannya dengan cepat ke hutan. Tak lupa, ia juga di iringi dengan 2 mobil di belakangnya.
Rio menancap gasnya dengan full, mobilnya di jalankan dengan sangat laju. Tak memakan waktu, Rio sudah sampai di markasnya Fatur tepatnya di pinggir sungai.
Rio keluar dari mobil, menatap kesemua sudut sungai. Takut ada senjata yang di sembunyikan untuk melukai dia.
Rio berjalan mendekati pintu markasnya. Tanpa ba, bi, bu, Rio mendobraknya dengan keras. Terlihat di dalam sana, Fatur beserta anak buahnya sedang tertawa keras.
Prok! Prok! Prok!
Fatur menepuk tangannya, berjalan santai ke arah Rio. Dia tersenyum smrik sembari membawa sebuah memori yang tadi ia rebut di markasnya Rio.
Di dalam memori, ada terdapat berkas-berkas perusahaannya serta bahan-bahan pembikinan bom yang ia rancang. Maka dari itu, memori sekecil obat sangat di incar oleh Fatur.
"Kembalikan memori ku!" bentak Rio emosi.
"Tidak akan, bodoh!" sahut Fatur tersenyum remeh.
Brak!
Anak buah Rio telah sampai, ia langsung menyerang anak buahnya Fatur dengan cara di tembak. Saat Fatur lengah, Rio langsung merebut memori itu darinya.
Rio mengeluarkan tembakan, ia arah kan di kepala Fatur. Pelatuk di tarik, lalu nancab sempurna di kepala Fatur.
Tubuh Fatur ambruk di bawah, darah bercucuran di mana-mana. Rio tersenyum kemenangan saat melihat anak buah Fatur tergeletak plus dia sendiri juga.
"Rasain kau!" sinis Rio. Ia berjalan keluar menuju mobilnya. Rio membuka bajunya yang sempat kecipratan darah Fatur.
Bajunya di buang, lalu di bakar. Rio tak mau jika darah musuh nempel di tubuhnya, sungguh sangat jijik!
Rio mengambil baju cadangan di dalam mobil, memakainya dengan cepat. Setelah selesai, Rio masuk dan menjalankan mobilnya ke rumah sakit.
Mobil Rio selalu di iringi dengan para bodyguardnya. Berjaga-jaga agar musuh tak menyerangnya.
30 menit berlalu, mobil Rio sampai di parkiran rumah sakit. Ia keluar dan berlari ke dalam, tepatnya ke ruangan istrinya.
Clekek!
Rio melihat Rara yang sudah tidur, bibirnya tersenyum. Berjalan mendekati, duduk di bangku samping brangkar.
"Sayang ...," panggil Rio mengusap lembut pipi Rara.
"Eugh ... dari mana?" tanya Rara khas bangun tidur.
"Musnahkan manusia licik," jawab Rio.
"Kamu bunuh orang?" tanya Rara tak percaya. Rio mengangguk cepat.
___________
Udah lama gak up!!🤧
Vote beb, jangan lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]
Fanfic"Ketika cinta tak memandang fisik, disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tumbuh," Rara. Belum di revisi, jadi maklumi aja ceritanya amburadul. Versi cetak sama yang di WP, nanti beda ya🦋🤙. Buang Negatifnya dan ambil Fositifnya dari dalam cerita...