GGMM •Kampus•

29.2K 1.2K 33
                                    

Rara POV

"Aku harus cepat ke kampus nih, jangan sampai Pak Mamat memarahiku lagi," ucapku sambil jalan terburu-buru.

Lihat! Badannya yang begitu memiliki banyak lemak kini ter'apung-apung akibat jalan terlalu cepat.

Sesampainya di kampus, aku berhenti sejenak akibat terlalu cape berjalan. Dan aku pun melanjutkan perjalanan lagi menuju kelas.

Tok, tokk!

"Masuk!" suara bentakan itu suaranya Pak Mamat.

Mau tidak mau aku masuk dengan berhati-hati tanpa melihat muka garangnya Pak Mamat.

"RARA RASIANA ADISANJAYA!" bentak Pak Mamat dengan muka memerah.

Aku mencoba menelan salivaku, aku menengok muka Bpk itu yang sudah siap mengebomku abis-abisan akibat telat.

"Hehe, Bapak." cengirku seperti tanpa dosa.

"Kenapa kamu telat?! Sudah Bpk katakan, kamu gak boleh telat lagi! Tapi apa? Kamu tetap saja telat. Mau Bpk keluarin dari kampus ini?!"

"Ih, jangan atuh Pak. Bpk gak kesihan sama aku," melasku sambil memasang wajah imut.

Pak Mamat narik nafas panjang, dan mempermisilakanku duduk. Akupun langsung duduk di mejaku.

Aku mengeluarkan buku ilmu kedokteranku dan menaruhnya di atas meja.

Aku kuliah mengambil jurusan kedokteran. Yaps! Aku memang ingin menjadi dokter, supaya bisa mengobati orang-orang yang tidak mampu membayar biaya rumah sakit.

Itupun aku gratiskan untuk yang berlatar belakang tidak mampu, kalo yang latar belakangnya mampu ya harus bayar.

Jam kuliah sudah selesai, Pak Mamat pun keluar serta mahasiswa-mahasiswi yang berhamburan.

Aku meraih buku serta membawa tasku untuk keluar dari kelas. Aku berjalan ke gerbang kampus dan menunggu angkot untuk kunaiki ke arah jalan rumahku.

Sudah tiga jam aku menunggu angkot, tapi belum kunjung kelihatan. Karena sudah merasa lelah, aku memilih berjalan kaki menuju rumahku.

Aku bersenandung riang sambil mengentangkan kakiku ke jalanan. Tapi, jalanku berhenti ketika aku menabrak seorang cowo yang berada di hadapanku.

"Hey! Kenapa kau menabrakku?!" bentak seorang cowo yang berbalik arah menghadapku.

"Ma-maafkan aku Kek," jawabku penuh ketakutan.

"Aku bukan Kakek-Kakek! Aku masih mudah dan aku masih tampan," elak cowo itu.

"Besok-besok, kalo jalan pake mata gak usah pake kaki!" jawabnya ketus.

"Tapi Kek, eh tuan maksudku. Jalan itu memang pake kaki," ujarku bencoba berdiri.

"Lihat badanmu, terlalu gendut jadi susah untuk berdiri," ejek cowo itu.

"Tuan jangan menghinaku, mendingan bantuinku untuk berdiri," ketusku memalingkan ke arah lain.

"Berat badanmu berapa, memangnya?" tanya dia dengan mengreyutkan dahinya.

"80 kg." jawabku yang sudah berdiri.

'Gendut bangat nih gadis, tapi cantik. Lihat saja, pipinya yang gemoy serta hidung mancungnya yang menawan dan bibir itu... Ahh sudahlah!' batin cowo tersebut.

"Tuan!" bentak aku sambil memegang jas cowo tersebut.

"Hey, jangan pegang diriku. Nanti baju kantorku kotor gara-gara dirimu." tukas cowo itu menghempaskan tanganku lalu pergi.

"Dasar menyebalkan!" teriakku yang tak di hiraukan oleh dirinya.

Jangan lupa vote:)

Gadis Gendut Milik Mafia [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang