3. UANG ATAU KEADILAN?

1.4K 191 2
                                    

06:05

"Aleta kenapa belum pakai sepatu?" Tanya Dean dari arah dapur setelah menghabiskan sarapannya.

"Aku dianterin siapa Kak? Papa kan belum pulang kerja," Tanya Aleta sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Kakak pertamanya itu.

"Kan ada Kakak, Kak Juan sama Kak Hilal juga ada. Sekarang kamu pilih mau diantar sama siapa hem?"

Dean berjongkok di depan Adik bungsunya yang sedang duduk di sofa, tangannya bergerak mengambil kaus kaki Aleta lalu memakaikannya pada kaki kecil gadis itu.

"Kak Dean kan mau kerja, Kak Juan juga mau pergi sama Mama, Kak Hilal masih tidur terus nanti berangkat kuliah,"

"Terus kamu maunya dianterin sama siapa?" tanya Dean masih menunduk untuk mengikat tali sepatu Aleta.

"Mau sama Papa aja kayak biasanya." Balas gadis kecil itu.

"Papa kan nggak ada di rumah, sayang. Udah sama Kakak atau Kak Hilal aja ya." Dean menegakkan tubuhnya lalu merapihkan rambut Aleta yang sedikit berantakan, tidak jauh berbeda juga dengan wajahnya yang muram.

"Jangan cemberut dong cantik, masa kamu nggak suka dianterin Kakak?"

"Suka kok kak tapikan Kak Dean mau berangkat kerja," Aleta buru-buru membantah jika dirinya tidak suka diantarkan oleh Kakaknya tersebut.

Tentu saja Aleta akan senang, tapi rasanya aneh saja biasanya Papanya yang setiap hari mengantarkan untuk ke sekolah, tapi kenapa dari kemarin Papanya tidak pulang? Kata Mamanya Papa sedang lembur, padahal Mama dan Papa bekerja di tempat yang sama, Aleta jadi bingung memikirkannya.

"Ya udah diantar Kak Hilal aja kalau gitu ya. Sebentar Kak Dean bangunin dulu." Setelah mengakatan itu Dean berdiri lalu berjalan meninggalkan ruang tamu.

"Samudra, belum berangkat dari tadi?" Tanya Ghina setelah melihat putra sulungnya itu akan menaiki tangga yang berada tidak jauh dari pembatas pintu dapur.

"Belum Ma, mau bangunin Hilal dulu biar nganterin Leta ke sekolah," Jelas Dean setelah mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga ke lantai dua.

"Biar Aleta berangkat sama Mama aja sekalian ke restoran. Juan juga udah siap kok, habis ini berangkat."

"Biar Hilal aja Ma. Mama sama Kak Juan langsung ke restoran aja," Suara Hilal menghentikan percakapan antara Ibu dan anak tersebut. Membuat Dean mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara di mana Hilal sedang menuruni tangga.

"Ya sudah. Mama juga mau nganterin sarapan buat Papa kalian,"

Kedua anak manusia itu pun megangguk tanpa menanggapi dengan suara. Setelah itu Hilal kembali berputar arah menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Setelah sudah siap, Hilal turun dari tangga sambil menggunakan jaket kulit milknya, lelaki itu mendekati Aleta yang masih duduk di sofa ruang tamu sendirian.

"Ayo berangkat." Ajak Hilal sambil menunjukkan helm kecil di tangan kirinya.

Aleta mengangguk lalu berdiri sambil membenarkan tas ransel yang sudah ada di punggungnya.

"Mama sama Kak Juan udah berangkat Dek?" Hilal bertanya ketika keduanya sudah berjalan menuju teras rumah.

"Udah." Bukan, itu bukan suara Aleta melainkan Dean yang masih memanaskan mesin mobilnya di depan rumah setelah mengeluarkan dari bagasi.

"Sayang, tadi udah dikasih Mama uang saku apa belum?" Dean kembali mendekati Aleta yang sedang dipakaikan helm oleh Hilal.

Selain Arabella, Aleta adalah gadis kedua yang dengan beruntung bisa dipasangkan helm oleh lelaki tampan dan manis tersebut.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang