Selamat beristirahat untuk jiwa yang kuat.
~~~
21:00
Bukan perkara mudah bagi seseorang untuk menutupi suatu hal yang penting kepada orang yang ada dikehidupanya setiap hari, sama halnya Hilal dan Arabella.
Keduanya dekat, namun saling memiliki benteng tersendiri untuk saling tidak menyakiti hati satu sama lain.
Terdengar klise memang, saat keduanya berpikir dengan saling menutupi apa yang dirasa adalah pilihan paling baik karena berharap tidak akan menyakiti perasaan pasangan.
"Ara, tiba-tiba beberapa hari ini aku kepikiran buat honeymoon." Ucap Hilal ditengah-tengah keheningan.
Apa yang diucapkan Hilal cukup membuat Arabella mendongak di depan laki-laki itu. Hilal yang berada di belakangnya bersandar di tempat tidur, sedangkan ia bersandar pada dada Suaminya tersebut.
"Telat. Udah ada Anaknya ini." Balas Arabella sambil tertawa pelan, lalu mengelus perutnya yang masih rata, setidaknya ia dan Hilal tahu jika di dalam sana ada buah hati mereka.
"Nggak ada kata terlambat sayangku. Kita butuh liburan, kamu biar nggak stres karena di rumah aja, aku juga butuh waktu supaya pikiranku nggak suntuk, mana mau ujian kan." Jelas Hilal.
"Aku mau aja, siapa sih yang nggak mau diajak liburan? Kamu atur aja waktunya sesuaiin sama jadwal kamu." Balas Arabella.
Hilal merapatkan lingkaran tangannya di tubuh Arabella, lalu menaruh telapak tangannya di atas tangan Istrinya yang berada diperut wanita itu.
"Weekend ini. Kamu nggak perlu bawa apa-apa selain obat." Ucap Hilal setelah menumpuhkan dagunya di pundak Arabella.
"Baju?" Tanya Arabella.
"Pokoknya bawa satu tas aja buat kita berdua. Kalau butuh apa-apa tinggal beli."
"Jangan boros." Arabella menyentuh ujung hidung Hilal dengan jari telunjuknya.
"Buat kita, kenapa harus perhitungan?"
"Inget ya aku lagi hamil. Biaya persalinan mahal, emm tapi lebih mahal biaya ngerawat katanya." Sejujurnya Arabella tidak terlalu memikirkan tentang biaya, hanya saja ia ingin melibatkan tentang Anak mereka disetiap obrolan.
"Udah aku siapin buat itu. Semuanya tentang kita, aku udah siapin biaya yang harus aku keluarin, jadi nggak perlu khawatir." Jelas Hilal.
Memang apa lagi sumber kebahagiaan mereka selain tentang buah hati keduanya? Mendengar dia sudah ada dan tumbuh di tubuh Arabella, saat itu juga Hilal bertekad untuk menyiapkan dan memberikan yang terbaik untuk Anak dan sang Ibu ini.
"Aku nggak nyangka kalau kita bisa dikasih secepatnya ini." Ucap Arabella sambil tersenyum. Jauh dari kata senang, ia bahagia dengan kehadiran janin ini.
"Takdir lagi berpihak sama kita." Balas Hilal, menatap Arrabella dari sisi ini di mana wanita ttercintana masih memperlihatkan senyumnya.
Anggukan dari Arabella mengutarakan setuju dengan perkataan Hilal baru saja. Setidaknya mereka beruntung jika bisa tetap bersyukur. Ada banyak yang sulit seperti keduanya meskipun sama-sama sehat.
Takdir, siapa yang bisa menebaknya?
"Setelah ini jangan mikirin apapun, cukup pikirin kesenangan diri kamu, Anak kita dan kita." Ucap Hilal tiba-tiba sekali menurut Arabella.
Masih membuat Arabella bingung, apalagi ketika Hilal semakin merapatkan dirinya lalu menyusupkan kepalanya diceruk lehernya.
"Itu cara satu-satunya buat bahagia, bukan terlihat bahagia. Cukup bohongin orang lain, jangan lagi." Seakan tahu semua yang sudah Arabella tutupi selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...