Ada tempat nyaman dan sangat bersih, bahkan tempat itu juga bisa menyatukan anggota keluarga yang jarang bisa bertemu, namun tidak ada satu orangpun yang berkeinginan untuk tinggal lama di tempat tersebut.
Sama seperti Hilal, dirinya sangat tidak menyukainya, ia tidak suka berada di Rumah sakit dengan tidak berdaya seperti ini.
Hilal sering kali berpikir kenapa tubuh bisa merasakan sakit dan bisa pula berangsur membaik? Hilal selalu dibuat takjub oleh kuasa Tuhan.
"Juan." Panggil Hilal sambil menoleh ke Kakaknya yang sedang duduk sambil bermain game.
Mama dan Papa mereka menyuruh Juan untuk tidak datang ke Restoran hari ini, Anak kedua dari empat bersaudara itu ditugaskan untuk menjaga Hilal di Rumah sakit.
"Lo lagi ngapain sih?" Tanya Hilal karena tidak mendapatkan respon dari Juan.
"Menanam benih." Jawab Juan asal tanpa mau mengalihkan fokusnya.
"Nggak lucu." Balas Hilal.
"Buta mata lo." Balas Juan balik."udah tau masih nanya." lanjut Juan.
"Ih kasar, pantes jomlo." Cibir Hilal.
"Gue jomlo bukan karena nggak ada yang mau, gue nya yang nggak mau. Suster di sini gue minta jadi pacar juga nggak bisa nolak." Balas Juan.
"Sombong. Mentang-mentang kata orang-orang ganteng."
"Emang ganteng." Ucap Juan.
Hilal kembali mencibir tanpa suaranya. Mau menbalas tapi Kakaknya ini memang benar-benar tampan, satu hal yang tidak bisa Hilal elak.
"Eh gue mau cerita." Ucap Hilal sambil mendudukkan dirinya sambil bersandar.
"Arabella?" Tebak Juan sambil melirik Hilal yang sudah menyengir lebar sambil mengangguk-ngangguk.
"Kenapa?" Tanya Juan.
"Gue kangen. Tolongin gue ke kamarnya dia dong." Hilal mengatakannya dengan nada yang dibuat menggemaskan, membuat Juan jijik dibuatnya.
"Katanya lo mau cerita, bangsat." Juan mematikan ponselnya lalu menaruhnya di atas meja.
"Iya ceritanya gue lagi kangen sama Ara." Balas Hilal.
"Emang bucin. Kemaren juga baru ketemu." Juan masih mencoba sabar dengan tingkah Andiknya ini.
Juan mengambil buah apel di atas meja, pemberian Dean tadi pagi sebelum berangkat bekerja. Mengigitnya tanpa perlu repot-repot mengupasnya, Jika Dean tahu pasti laki-laki itu sudah mengomeli Adiknya ini.
"Lo nggak bakal ngerti karena nggak pernah jatuh cinta. Lo tau gue suka curiga jadinya." Ucap Hilal membuat Juan menghentikan kunyahannya dan menatap Adiknya itu lekat.
Tolong ingatkan Hilal untuk tidak mengatakan hal seperti itu kepada orang lain lagi, sudah beberapa kali Hilal mengatakan hal seperti itu pada Juan tapi selalu laki-laki itu diamkan. Meskipun mereka bersaudara, tidak menutup kemungkinan untuk bisa saling sakit, apalagi jika Hilal sampai mengatakan pada orang lain.
"Kurang-kurangin." Ucap Juan sambil lanjut memakan apelnya.
"Apanya? Nggak jelas." Tanya Hilal.
"Kurangin aja." Balas Juan.
"Dih nggak jelas banget lo." Ucap Hilal heran."kupasin gue dong, gue nggak suka makan sama kulitnya." Pinta Hilal.
"Masih punya tangan sendiri kan, jangan manja."
"Tangan gue kan sakit, lagian Mama nyuruh lo nungguin di sini ya biar bisa bantu gue."
"Main hp masih bisa kok, cuma ngupas apel aja nggak bisa." Balas Juan."jangan manja-manja jadi cowok. Gini orang yang katanya mau nikahin anak gadis orang, lemes."
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...