40. KAPAN AKAN DATANG?

420 70 0
                                    

Sudah waktunya kamu datang dengan serius ke rumah Arabella dan menemui orangtuanya

~~~

Di tengah hari, lebih tepatnya pukul dua belas siang, Juan menghentikan laju kendaraannya di depan masjid yang berada di sisi jalan.

"Gue mau shalat dulu." Ucap Juan membuat Giselle turun dari motor laki-laki itu terlebih dahulu.

"Lo nggak shalat?" Tanya Juan setelah melepas helmnya.

Giselle menggeleng pelan. "enggak, A."

Juan mengangguk paham, ia tahu perempuan memang tidak bisa shalat di saat-saat tertentu, sama seperti Mamanya.

"Ya udah lo duduk aja di sini." Juan menunjuk jok motornya, lalu melangkah ke area masjid.

Juan melepas jaketnya dan juga sepatu miliknya sebelum masuk ke masjid dan mengambil air wudhu.

Seperti yang diajarkan kedua orangtuanya semenjak dini, Juan selalu mengusahakan untuk selalu menyisihkan waktu agar bisa menunaikan kewajiban beribadahnya.

Setelah shalat Juan juga tidak lupa untuk berdoa, meminta dan mengucapkan syukur kepada pemilik semesta.

Sambil melangkah ke luar dari area mesjid, Juan memakai jaketnya kembali dan setelah itu duduk untuk menggunakan sepatu.

"Gue harus nganterin lo ke mana?" Tanya Juan setelah berdiri di depan Giselle.

"Aku mau nelpon Papa aja, A. Tau telepon umum di mana?" Tanya Giselle.

"Lo hidup di jaman kapan? Sekarang hampir semua orang punya ponsel sendiri-sendiri, telepon umum nggak bakal berguna banyak." Juan heran, Giselle ini polos atau memang tidak tahu.

Juan meraih helm lalu segera memakainya dan setelah itu menaiki motor.

"Gue laper, mau makan dulu. Cepet naik." Ucap Juan setelah menoleh ke Giselle lalu mengulurkan tangan kirinya sama seperti tadi.

Giselle meraih tangan Juan lalu naik ke motor tinggi milik Juan dengan mudah.

Sebenarnya Juan bukan orang yang gampang akrab dengan orang lain dan tidak mau membuat hubungan panjang dengan orang yang tidak dikenal, tapi sisi kemanusiaan tidak bisa dihilangkan, jujur Juan kasihan dengan Giselle, dan berhubung dirinya juga lapar, jadilah Juan mengajak Giselle untuk makan siang terlebih dahulu.

Masuk ke jalan raya, Juan semakin melajukan kecepatan motornya agar tidak terlihat oleh Polisi karena Giselle tidak memakai helm, laki-laki itu tidak mau membuat harinya semakin panjang jika harus mendengarkan nasihat dari Polisi di siang yang terik ini.

Jujur saja Juan tidak tahu tempat makan yang enak untuk dikunjungi, jadilah ia memilih tempat makan cepat saji yang terkenal dengan menu utamanya ya itu ayam, laki-laki itu pikir ini adalah tempat makan paling tepat saat ini.

Keduanya berjalan masuk ke tempat makan cepat saji itu lalu memesan tanpa berpikir panjang. Setelah itu Juan berjalan terlebih dahulu untuk duduk di pojok

Tanpa banyak bicara, Juan melahap makanannya membuat Giselle melakukan hal yang sama.

Sejujurnya Giselle bukan tipe orang yang betah dengan kesunyian, dirinya tidak nyaman tapi dikondisi yang sekarang sepertinya ia harus mengikuti alur dari Juan.

Laki-laki itu tidak banyak bicara dan terkesan dingin, namun tidak dapat dipungkiri jika Juan memang baik.

Setelah menegak minumannya, Juan merogoh saku jaket miliknya lalu menaruh ponselnya ke atas meja dan menggeserkan benda itu sampai di depan Giselle yang menatapnya kebingungan.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang