43. KENCANNYA DI RUMAH AJA

415 67 2
                                    

"Kalau mau nangis, ya nangis aja, nggak perlu ditahan-tahan. Orang sakit terus mau nangis nggak apa-apa kok, wajar kan lagi ngerasain sakit. Jangan menyiksa diri kamu sendiri."

Raden Hilal Habzi

~~~

Dengan tekat bulat yang sudah dikumpulkan sejak semalaman hingga terbagun dipagi hari dengan perasaan yang tidak sabar, kini gadis itu bisa merasa lega saat dirinya sudah mendaratkan kakinya di tempat yang dicarinya, meskipun tujuannya tidak sampai di sini.

"Permisi Pak." Panggilnya kepada pria paruh baya yang baru saja selesai membantu mengeluarkan sepeda motor yang sudah selesai diparkir.

"Iya, ada apa?" Tanyanya dengan ramah.

"Saya mau tanya boleh?" Balasnya sopan.

"Iya silahkan." Ucap Hanan.

"Saya mau ketemu sama anak pemilik restoran ini, kira-kira ada di dalam apa enggak sekarang, Pak?" Tanya gadis itu.

"Anaknya yang mana? Soalnya Ibu Ghina sama Pak Adam punya anak empat." Tanya Hanan bingung ditanyai seperti itu.

"Yang laki-laki Pak, orangnya putih terus tinggi juga."

"Dari keempat anaknya Ibu Ghina, tiga teratas itu laki-laki, sudah besar semua, kalau ciri-ciri yang kamu cari itu tinggi dan putih, mereka bertiga juga sama seperti itu, ganteng-ganteng juga. Memangnya kamu nggak tau namanya siapa?" Jelas Hanan.

"Itu masalahnya, dia nggak mau kasih tau namanya, padahal saya mau berterimakasih karena udah ditolong." Jelasnya.

"Wah susah kalau begitu, mereka bertiga juga baik-baik anaknya. Atau kamu mau lihat langsung ke dalam, ada anak kedua namanya Juan, siapa tau memang dia yang kamu maksud." Ucap Hanan.

"Terima kasih, Pak. Saya masuk aja kalau begitu." Balasnya tanpa mengurangi kesopanannya.

"Pagi, Pak Hanan." Sapa laki-laki berjaket hitam dengan rambut hitamnya yang berantakan setelah melepas helm miliknya.

"Nak Hilal, gimana acaranya kemarin? Seneng banget wajahnya." Tanya Hanan saat melihat wajah cerah Hilal pagi ini.

"Alhamdulillah lancar, Pak." Jawab Hilal lalu melirik perempuan yang masih berdiri di samping Hanan.

"Alhamdulillah kalau lancar, selamat ya Nak Hilal." Ucapnya sudah seperti ke anak sendiri.

"Iya makasih, Pak." Balasnya. "siapa?" Tanya Hilal karena perempuan itu malah melihat dirinya dengan lamat-lamat.

"Oh ini katanya mau ketemu sama anaknya pemilik restoran ini, laki-laki tapi nggak tau namanya, tapi Nak Hilal nggak kenal berarti bukan kamu yang dicari." Ucap Hanan.

"Cari orang tapi nggak tau namanya itu gimana?" Tanya Hilal kali ini menghadap sepenuhnya ke gadis itu.

"Dia nggak mau kasih tau namanya." Jawabnya pelan.

"Nama lo siapa? Biar gue tanyain Kakak-Kakak gue siapa tau kenal." Tanya Hilal berbaik hati melihat wajah lugu gadis di depannya ini.

"Griselle, tapi dipanggil Giselle." Jawab Giselle.

"Griselle kedengarannya lebih bagus daripada Giselle." Balas Hilal mengkoreksi. "oke ciri-ciri orang yang lo cari itu kayak gimana? Ganteng banget atau ganteng aja?" Tanya Hilal.

"Emm, ganteng banget sih kalau menurutku." Jawab Giselle.

"Gue tau." Ucap Hilal langsung. "ikut gue, orangnya di dalam." lanjutnya lalu memutar tubuhnya dan berjalan terlebih dahulu setelah memberikan satu anggukan pada Hanan.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang