12. AKU BERI SATU PERMINTAAN

604 93 0
                                    

Hari kedelepan di Rumah sakit, setelah melewati beberapa hari yang menegangkan karena kondisi Arabella sempat memburuk, lalu berangsur-angsur kembali membaik, membuat orang-orang terdekatnya bisa sedikit bisa bernafas lega, setidaknya ucapan mereka yang memberikan gadis itu semangat mampu membuat Arabella kembali mau untuk melawan penyakitnya.

"Aku beri kamu satu permintaan." Ucap Hilal sambil menunjukkan jari telunjuknya.

Arabella tertawa sambil duduk bersadar di ranjangnya yang sudah ditata Hilal dengan bantalan di punggungnya.

"Apa?" Tanya Arabella.

"Kok tanya aku? Kan aku ngasih kamu permintaan, nanti aku kabulin." Balas Hilal.

"Nggak pengen apa-apa." Tangan kanannya Arabella terulur menarik pipi kiri Hilal pelan.

"Selalu. Kamu kalau ditanya pasti jawabnya gitu, masa aku terus yang kamu manjain? Aku kan pengen beliin kamu sesuatu atau ngajak kamu ke mana gitu." Protes Hilal, pacarnya ini terlalu baik.

"Kamu tetep sabar sama setia aja udah cukup buat aku." Balas Arabella.

"Itu pasti, nggak usah khawatir aku pasti setia dan bakal bahagiain kamu. Sekarang minta yang lain."

"Emm." Arabella tampak berfikir, dirinya memang tidak sedang menginginkan sesuatu saat ini.

"Nggak ada, Hilal." Jawab Arabella pada akhirnya.

"Ayolah terserah kamu mau minta apa, atau habis kamu ke luar dari sini nanti kita jalan-jalan?" Balas Hilal penuh harap.

Arabella ikut tersenyum melihat Hilal yang begitu antusias menanyainya atau lebih tepatnya mengajaknya mungkin?

"Hilal kamu tau kalau aku emang nggak terlalu suka belanja atau lainnya, jadi kalau kamu tanya aku mau apa atau pengen ke mana, jawabannya pasti sama karena ya ini aku." Ucap Arabella, tangan kanannya menangkup pipi kiri laki-laki itu.

"Terus apa yang harus kamu lakuin? Inisiatif, Hilal. Kamu bisa langsung ajak aku ke mana pun, aku nggak akan pernah nolak, tapi kalau kamu tanya aku nggak bakal bisa jawab. Kamu lebih kenal dunia ini daripada aku." lanjut Arabella.

Hilal mendengarkan dengan tidak menyela sama sekali. Bisa dibilang dirinya pendengar yang baik namun sedikit keras kepala jika sedang ingin didengar.

Hilal menarik tangan Arabella di pipinya, mencium tangan itu pelan lalu menggenggamnya dengan kedua tangan.

"Maaf, harusnya aku lebih paham. Makasih udah ngasih tau, ke depannya ini bakal jadi pelajaran buat aku." Ucap Hilal, senyumnya terbentuk dengan tulus di wajahnya.

"Nggak apa-apa, harusnya emang kita saling ngingetin." Balas Arabella.

"Iya." Hilal kembali mengecup tangan Arabella digenggamanya.

"Hilal, tolong kasih tau Papa kalau ke sininya besok aja sekalian jemput aku pulang. Kasian kalau Papa sama Mama harus jagain aku di sini lagi, mereka kurang istirahat." Ucap gadis itu meminta tolong. Ponselnya ada di rumah, beberapa hari ini semenjak dirawat di rumah sakit ia memang tidak memegang ponsel sama sekali. Buat apa ponselnya digunakan jika orang-orang terdekatnya saja sudah di sini?

"Sebenernya tadi aku udah bilang kalau aku mau jagain kamu, biar Papa sama Mama kamu istirahat di rumah, tapi kayaknya Om nggak mau. Nanti sore coba aku tanyain lagi." Balas Hilal."tapi nanti sore aku pulang dulu, mandi sama ganti baju." lanjut Hilal.

Selama Arabella delapan hari di rumah sakit, Hilal hanya pernah menginap dua kali, dan hari ini dirinya ingin menemani gadis itu sebelum diizinkan untuk pulang besok.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang