35. TIDAK ADA YANG SEMPURNA

469 66 1
                                    

Bukan Dunia yang nggak adil, tapi mausianya yang nggak bisa bersyukur, kayak gue.

Gabriel Leno Abraham

~~~

08:00

Sudah empat belas hari terhitung semenjak Arabella menjalani terapi, dan pagi ini gadis itu dibuat histeris dengan dirinya sendiri.

Arabella tahu jika hal ini akan terjadi tapi kenapa saat mengalaminya, ia merasa tidak bisa menerimanya.

Danish dan Rania sudah mencoba untuk menenangkan anak itu namun nihil, Arabella masih saja menangisi rambutnya yang mulai rontok pagi ini.

Banyak yang mengatakan bahwa rambut adalah mahkota seorang perempuan dan itu juga yang Arabella rasakan.

Tubuhnya tidak sebagus dulu, wajahnya tidak secerah dan secantik dulu, dan kini dirinya harus kehilangan mahkotanya? Kenapa takdir begitu jahat padanya?

"Ara, tenang." Hilal memegang bahu kekasihnya itu agar tidak terus memberontak.

Hilal baru tiba di Rumah sakit setelah setengah jam yang lalu Rania meneleponnya dengan panik menyuruhnya datang untuk membantu menenagkan Arabella.

"Aku malu, Hilal." Lirih Arabella dalam isakannya.

Wanita mana yang sanggup seperti dirinya? Bahkan diumurnya yang baru menginjak duapuluh tiga tahun dirinya sudah harus rela melepaskan banyak hal. Dimulai dari kuliahnya, impian masa depannya, bahkan hanya sekadar memikirkan untuk bahagia dikemudian haripun rasanya ia tidak sanggup.

"Malu sama siapa? Kenapa harus malu?" Tanya Hilal setelah mendudukkan dirinya di depan gadis itu, lalu menangkup pipi Arabella agar menatapnya.

"Sama kalian semua, sama kamu." Balasnya sambil terisak.

Seperkian detik Hilal dibuat terdiam saat mata Arabella yang tidak henti mengulurkan air mata menatapnya dengan begitu menyakitkan.

Terakhir kali Hilal melihat tatapan seperti itu saat Arabella pertama kali divonis tumor otak beberapa tahun lalu, dan kini Hilal melihat sorot itu kembali.

"Rambut kamu masih ada kok, tenang aja nggak perlu mikirin orang lain." Ucap Hilal lalu menghapus bawah kelopak mata Arabella yang basah."di mata aku mau bagaimanapun kondisi kamu, kamu tetap cantik dan sampai kapanpun bakal cantik. Kalau aku cuma lihat fisik, aku udah gonta-ganti pacar dari dulu tapi aku bukan laki-laki kayak gitu, Ara." Hilal berujar dengan selembut mungkin, ia tulus mengakatannya.

Hilal serius, jika dirinya mau mungkin ia bisa mengencani seluruh perempuan cantik di kampusnya, meskipun dirinya tidak setampan Juan tapi wajahnya termasuk yang paling tampan diangkatannya. Hilal juga sering kali merasa jika beberapa perempuan ingin mendekatinya namun dengan cepat dirinya membuat tembok pembatas setebel mungkin untuk tidak tertarik.

Dulu waktu masih SMA banyak sekali laki-laki yang menyukai Arabella, bahkan banyak yang lebih tampan dari Hilal tapi dengan begitu cepat Hilal lah yang memenagkan hati gadis itu. Arabella itu cantik, benar-benar cantik sampai membuat teman-temannya heran kenapa dia menerima Hilal disaat ada laki-laki lain yang lebih tampan, tapi apa yang dijawab Arabella? Gadis itu mengatakan jika Hilal itu baik dan sopan, tidak pernah berbuat lebih jauh meskipun status mereka sudah menjadi pacar, laki-laki itu sangat menghargainya, menghargai perempuan.

Dan rasanya sampai saat ini bersama dengan Hilal setelah tujuh tahun, Arabella selalu mengatakan pada dirinya jika dia sudah menentukan pilihan yang tepat waktu itu.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang