32. KEKUATAN MENTAL

514 75 1
                                    

Leno memperhatikan kedua orang yang tidak berjarak jauh darinya berdiri, sejak tadi ia memang ada di sini, mendengar dan melihat semua yang sudah terjadi.

"Jus jeruknya enak, Pak Ian tadi udah aku kasih ini karena dia juga pasti butuh minum yang seger-seger, tapi baru setengah gelas udah teler, belum bangun sampe sekarang." Ucap Leno sambil menunjukkan jus jeruk di tangan kanannya yang hanya tingal setengah.

"Harusnya aku yang minum ini tapi Mbak di sini bikin banyak jus jeruk, jadi aku bagi-bagiin ke bodyguard juga." Lanjut Leno lalu berjalan ke arah Reyhan.

"Mau nyoba nggak?" Tawar Leno setelah berada di depan Reyhan sambil menyodorkan jus jeruk di tangannya.

"Leno, kamu-"

"Kenapa lo ngasih obat tidur ke minuman gue? Ternyata maksud lo biar gue nggak lihat drama yang mau lo buat kan? Lo lupa kalau Adik lo ini pinter." Tanya Leno, melupakan rasa hormatnya pada Kakak satu-satunya tersebut.

Tadi sebelum sampai di tangga dasar, Leno tidak sengaja melihat Kakaknya lebih dulu pergi ke meja makan yang terdapat di sisi kiri di bawah tangga, membuat Leno bisa memperhatikan kegiatan Kakaknya itu dari atas, tapi hal yang dilakukan Reyhan membuat Leno terkejut.

Memutar otaknya, Leno memutuskan kembali berjalan ke atas lalu turun tangga dengan sewajarnya. Setelah memastikan Reyhan masuk ke kamarnya, Leno memanggil salah satu pelayan untuk menganti jus jeruk di atas meja.

Dan Leno memberikan satu gelas itu pada Ian, salah satu bodyguard dari ketiga bodyguard yang akan menjaga mereka selama berada di villa ini, tapi nyatanya sudah beberapa teguk tidak ada efek yang terjadi.

Namun tidak lama setelah itu Ian berkata jika kepalanya pusing dan tidak sadarkan diri satu menit setelahnya.

Leno tahu jika ini sudah tidak beres, dan yang membuatnya tidak menyangka semakin dalam adalah jus itu yang ditujukan untuk dirinya oleh sang Kakak.

"Kamu jangan salah paham." Ucap Reyhan panik, tidak mau Adiknya berpikir macam-macam.

"Gue nggak nyangka lo kayak gini. Gue nggak pernah nyangka kalau Kakak yang gue pikir bisa jadi panutan gue ternyata kayak gini!" Teriakan Leno ke luar di akhir kalimatnya.

"Gue malu banget." Ucap Leno."Gue nggak mau kalau Kak Juan nggak mau berteman sama gue juga setelah ini." Lanjut Leno sambil melirik Juan.

"Harusnya emang gitu. Kalian semua nggak perlu ketemu gue lagi, gue bakal anggap kita semua nggak pernah saling kenal." Setelah itu Juan benar-benar pergi lalu mengabil tasnya dan berjalan meninggalkan villa itu.

"Gue kecewa banget. Gue nggak pernah nyangka kalau ternyata lo kayak gini." Leno mengucapkannya dengan suara yang semakin mengencil.

Laki-laki lebih muda itu menundukkan kepalanya sambil terisak pelan. Dirinya memang tidak pernah merasakan sakit hati karena putus cinta, tapi rasanya kenyataan ini lebih menyakitkan daripada patah hati.

"Gue juga nggak mau lihat wajah lo lagi." Ucap Leno lalu ikut pergi meninggalkan Reyhan.

Jika ditanya apa Leno menyayangi Kakaknya? Tentu saja, Reyhan adalah Kakak yang baik dan pengertian. Bersama dia Leno selalu merasa disayang dan aman. Tidak pernah terbayang dalam dirinya jika akan ada hari seperti ini di dalam hidupnya.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang