26. JAGA PERASAAN YANG LAIN

562 79 3
                                    

17:00

Di sore hari yang cerah ini, Dean memarkirkan mobilnya lalu melirik Mamanya yang sudah turun terlebih dahulu.

Tadi setelah pulang dari kantornya, Dean menyempatkan menjemput Ghina untuk berangkat ke Rumah sakit tempat Hilal di rawat karena Adam masih harus berada di restoran sampai malam hari.

"Mama masuk dulu, aku mau telepon Juan." Ucap Dean setelah turun dari mobilnya lalu mengambil ponselnya di dalam saku celananya.

"Juan kan di dalam, kenapa ditelepon kan mau ke sana." Balas Ghina.

"Juan pasti belum makan, jadi aku mau ngajak dia makan di luar dulu."

"Ini Mama bawain makanan buat Juan sama Raden." Ghina mengangkat tas tempat makan yang sudah dirinya bawa sedari tadi.

"Ya udah mau aku ajak ngopi, nanti kita balik lagi ke sini. Dia pasti suntuk di sini terus dari pagi." Ucap Dean.

"Kamu pengen ngobrol sama Adikmu ya?" Tanya Ghina sambil memegang  pipi Dean dengan tangan kirinya.

Dean menunjukkan cengirannya. Sebenarnya ia hanya ingin minun kopi sekalian mengobrol ringan dengan Juan, tidak ada hal serius yang ingin dirinya bahas dengan Adiknya itu.

"Ya udah kalau gitu Mama ke dalam dulu. Hati-hati di jalan." Ucap Ghina.

"Iya, Ma." Dean mengambil telapak kanan Ghina lalu menciumnya.

Ghina mengangguk lalu melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Dean. Wanita itu masuk ke gedung Rumah sakit dengan sedikit terburu-buru, sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya yang lain.

Tepat saat sudah tinggal beberapa langkah lagi Ghina melihat Juan yang baru saja menutup pintu kamar rawat Hilal.

"Mama." Panggilnya lalu mencium telapak tangan kanan Ghina.

"Udah ditelepon Samudra ya?" Tanya Ghina.

"Iya, katanya ditunggu di parkiran." Balas Juan.

"Ini Mama bawain makan buat kamu sama Adik kamu, tapi kalau mau makan di luar nggak apa-apa." Ucap Ghina.

Juan melirik tempat makan yang ditunjukkan oleh Mamanya itu lalu mengangguk.

"Nanti kalau udah balik aku makan, pokoknya sisain buat aku, jangan dikasih ke Hilal semua, dia perutnya kayak penyedot debu." Ucap Juan.

"Hus, nggak boleh gitu sama Adiknya. Ya udah kamu samperin Samudra di luar. Tenang nanti makanan kamu nggak bakal dimakan sama Raden." Balas Ghina.

"Aku pergi dulu." Sekali lagi Juan mencium tangan Ghina lalu melangkahkan kakinya pergi setelah mendengar Mamanya mengatakan untuk hati-hati.

Setelah mencari-cari keberadaan Kakaknya di parkiran Rumah Sakit yang luas, akhirnya Juan bisa menemukan Dean yang sedang bersadar di samping mobilnya sambil menunduk memperhatikan kakinya yang menendang-nendang batu kerikil di bawahnya.

"Kak." Panggil Juan.

"Ayo." Ajak Dean setelah melihat Juan, lalu memutari mobilnya menuju kursi kemudi.

"Mau ke mana?" Tanya Juan setelah duduk di samping Dean.

"Pakai dulu seatbeltnya." Ucap Dean.

"Ribet." Balas Juan acuh.

"Juan, keselamatan itu nomer satu." Tutur Dean.

Tidak mau berdebat semakin panjang, Juan pun langsung memasang sabuk pengamannya.

"Jadi mau ke mana?" Tanya Juan dengan wajah tanpa minat.

Dean tidak langsung menjawab, laki-laki itu lebih dulu fokus untuk mengeluarkan mobilnya dari area parkiran dan melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang