Di taman Rumah sakit sambil mengunyah keripik ditemani dengan satu cup kopi dan rokok yang menyala, Juan sesekali tertawa saat memperhatikan anak kecil yang terlihat senang berjalan di atas rumput meskipun dengan tangan yang terpasang infus.
Bahagia memang sesederhana itu, jika anak kecil yang selalu aktif tiba-tiba terserang penyakit dan harus jatuh sakit, tubuh kecilnya akan terasa tidak berdaya dan ketika keadaannya sudah berangsur-angsur membaik, dirinya akan sangat senang dan juga bahagia karena bisa kembali berjalan dan bermain. Benar jika ada kata-kata jika cobaan dan musibah datang adalah cara Tuhan memberikan kita sebuah rasa syukur serta nikmat, hal yang biasanya dianggap tidak terasa spesial pun akan terasa spesial karena adanya cobaan.
Juan juga pernah merasakan saat ia dan keluarga merasa sangat bahagia bisa kembali berkumpul bersama dengan Adam setelah Papanya tersebut bisa bebas, bahkan hanya dengan berkumpul dan makan bersama pun rasanya membahagiakan sekali, padahal hal itu terasa biasa saja sebelum-sebulumya.
Sama halnya dengan saat ini, Juan harus menemani Adiknya yang sakit karena kecelakaan motor. Melihatnya membuat Juan tidak tega tapi ekspresi dirinya memperlihatkan biasa saja.
Ketika melihat Hilal dini hari tadi kesakitan dan harus langsung dilarikan ke Rumah sakit, Juan sangat tidak tega melihatnya, dan syukurnya pagi ini Hilal sudah terlihat lebih baik. Juan ikut merasa lega.
Laki-laki itu menyesap kopinya sambil menoleh ke sekitar, mencari objek lain lagi yang menarik untuk dipandang.
Setelah menoleh ke kiri, mata Juan memicing untuk memperjelas penglihatannya. Benar ia tidak salah lihat Hilal yang sedang berbicara dengan orang lain menggunakan bantuan tongkatnya untuk tetap berdiri. Lalu mata Juan dibuat hilang fokus pada lawan bicara Hilal.
Bahaya, Juan mengenalnya sangat mengenalnya. Bahkan sumpah serapah dalam hatinya sudah mengatakan agar Tuhan tidak lagi memperlihatkan matanya pada orang itu. Juan bersumpah dirinya sangat sial hari ini.
Setelah itu Juan buru-buru membawa kopi dan juga makanannya lalu membuangnya sebelum pergi dari taman itu, juga sebelum mereka berdua saling menyadari keberadaan masing-masing. Dan Hilal Adiknya, ia harap dia tidak punya urusan atau bahkan mengenal laki-laki bernama Reyhan tersebut.
•••
Ternyata Juan salah, waktu itu bukan sekadar Hilal dan Reyhan yang saling tidak mengenal dan tidak sengaja berpapasan. Kedua orang itu ternyata saling mengenal bahkan saling mengetahui nama satu sama lain.
Juan tidak pernah berpikir jika hal seperti ini akan hinggap kembali dalam hidupnya. Rasanya deja vu dan seperti dirinya tahu apa yang diraskan Hilal.
Jadi laki-laki ini yang pernah Hilal katakan sedang dekat dengan Arabella. Jelas Juan paham bahwa Reyhan tidak akan menyukai gadis itu, sama sekali tidak akan pernah karena Arabella seorang perempuan.
Juan melepaskan tangannya dari bahu Arabella setelah memastikan kekasih Adiknya itu kuat untuk berdiri sendiri.
Kakinya lalu melangkah lebar bahkan hampir berlari lalu menerjang tubuh lemas Reyhan. Kepalan tangannya yang besar memukuli wajah Reyhan kasar sampai terkapar ke tanah dengan penuh rerumputan yang terawat. Maafkan Juan yang harus merusak keindahan taman Rumah sakit.
Arabella yang melihat itu menutup mulutnya, terkejut dengan aksi yang sedang dilakukan Juan. Begitupun dengan Hilal yang menatapnya tidak percaya dengan mulut yang tanpa sadar sudah terbuka kecil.
"Hilal." Panggil Arabella berhasil mengalihkan fokusnya lalu mendekati gadis itu.
"Nggak apa-apa." Ucap Hilal sambil merangkul bahu Arabella dengan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...