Sudah dua bulan usia pernikahan Hilal dan Arabella berjalan, terbilang masih cukup dini dibandingkan dengan waktu saat mereka masih menyandang status pacaran sebelumnya.
Ada yang mengatakan kebahagiaan akan datang setelah badai masalah, biasanya orang-orang menyebutnya dengan kata-kata akan ada pelangi setelah hujan mengguyur.
Tidak seperti biasanya, hari ini Hilal dan Arabella memiliki dua tujuan untuk pergi ke Rumah sakit.
Kabar buruk dari yang paling terburuknya adalah, Dokter menjelaskan jika tumor otak Arabella kembali tumbuh. Sebelumnya ini sudah dijelaskan jika tumor ganas memiliki kemungkinan untuk tumbuh kembali.
Meskipun sudah tahu, tapi rasa sesak itu pasti tetap ada, namun hari ini Arabella bersikap lebih dewasa dari sebelumnya, menerima hal yang sudah ia pikirkan akan terjadi, setidaknya Arabella sudah menyiapkan mentalnya untuk datang ke Rumah sakit hari ini, dan menerima apapun keadaannya.
"Kemoterapi masih sangat dianjurkan. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya jika tumor otak ini sangat ganas." Jelas Dokter Edwin.
"Untuk jadwal kemoterapinya bisa dilakukan kapan, Dokter?" Tanya Hilal.
"Ini tidak bisa terus ditunda, semakin cepat akan semakin baik." Jawab Dokter Edwin lalu melihat jadwalnya di komputer.
"Minggu depan bisa dilaksanakan kemoterapi, bagaimana?" Lanjut Dokter Edwin.
Hilal menoleh ke Arabella di sebelah kirinya, memberikan senyum dan elusan di punggung Istrinya seolah mengatakan jika semua akan baik-baik saja.
"Saya akan ikuti semua prosedurnya, Dokter." Balas Arabella.
Mendengar itu Dokter Edwin lega, melihat Arabella yang jauh lebih tanang dari hari-hari sebelumnya saat dirinya merawat perempuan itu.
Setelah itu mereka menentukan jadwal dan jam kemoterapi, Dokter Edwin juga memberikan beberapa arahan untuk Arabella.
"Kira-kira antre nggak ya?" Tanya Hilal setelah keduanya ke luar dari ruang praktik Dokter Edwin.
"Antrelah, tapi kamu sebelum hari ini kan udah daftar." Jawab Arabella.
"Jadi nggak sabar." Senyum Hilal merekah, seolah dirinya tidak baru saja mendengarkan hal buruk.
Genggaman tangan laki-laki itu menuntun Arabella ke tempat yang mungkin kebanyakan dari pasangan sangat menyukainya.
Hari ini Hilal dan Arabella akan ke Dokter kandungan. Rania yang menyarankan itu saat mengetahui tanda-tanda dari putrinya tersebut.
Hilal yang mendengar itu saja senang bukan main, meskipun belum pasti tapi bukankah jika seorang Ibu yang sudah mengatakan hal itu kemungkinannya akan lebih dari lima puluh persen?
"Udah sepi ternyata. Tinggal nunggu satu orang lagi." Ucap Hilal setelah sampai di depan ruang prakrik Dokter kandungan.
"Duduk dulu." Hilal mengarahkan Arabella untuk duduk, namun belum sempat tubuh mereka merasakan kursi, nama keduanya sudah dipanggil.
"Arabella ryuki chalandra, dan Raden hilal habzi." Panggil satu orang perawat di depan pintu setelah seorang Ibu hamil dan Suaminya ke luar.
Mendengar itu Arabella dan Hilal mengurungkan niatnya untuk duduk.
"Bukannya kami terakhir, Sus?" Tanya Hilal sambil melirik sekilas Ibu hamil yang duduk di bangku tunggu.
"Karena nama Bapak dan Ibu sudah terdaftar lebih dulu di sini." Jelas Suster itu sambil tersenyum ramah.
Keajaiban apa ini? Mereka datang tepat waktu tanpa harus menunggu atau telat.
Suster tadi mempersilahkan agar Hilal dan Arabella segera masuk dan bertemu dengan Dokter Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...