47. LELAKI IDAMAN

350 65 4
                                    

Di depan perkaarangan rumah yang banyak ditanami bunga-bunga, Hilal turun dari sepeda motor tukang ojek yang sudah dirinya pesan, lalu membayar dan setelah itu membuka pagar rumahnya tersebut.

Hari ini masih pagi, pukul tujuh tepatnya, Mamanya pasti baru saja selesai menyirami bunga-bunga yang sudah beliau rawat setiap hari ini, terbukti dari tampaknya sisa-sisa air yang masih berjatuhan di daun-daun tanaman itu, dan juga rumput di sekitarnya yang tampak masih basah.

Dengan jas yang ia sampirkan di lengan kirinya, Hilal membuka pintu utama rumah. "Assalamualaikum." salamnya sebelum memasuki rumah.

"Waalaikumsalam." Balas orang-orang rumah bersamaan yang sudah Hilal tebak pasti mereka sedang ada di ruang makan, jadilah Hilal melangkahkan kakinya ke sana.

Dan benar saja, orangtuanya beserta Kakak-Kakaknya dan juga Aleta sedang makan bersama di tempat itu.

"Raden, ayo sarapan." Panggil Adam sambil melambaikan tangannya agar Hilal ikut bergabung.

Hilal tersenyum sambil mendekat lalu mencium tangan kanan Adam dan Ghina bergantian.

"Aku udah sarapan tadi sebelum pulang. Ini mau mandi sama ganti baju, habis ini balik lagi ke Rumah sakit." Ucap Hilal masih berdiri di antara kedua orangtuanya tersebut.

"Istirahat dulu, jangan langsung balik, bisa kecapekan kamu di jalan." Ucap Ghina.

"Iya. Mungkin jam delapan ke sana lagi." Balas Hilal yang hanya memberikan jarak satu jam untuknya berada di rumah.

"Aku ke atas dulu." Ucap Hilal lalu pergi ke kamarnya, membuat Ghina mengurungkan ucapannya yang menginginkan anaknya itu untuk tinggal lebih lama di rumah.

Hilal membuka pintu kamarnya, lalu menaruh jas yang sedari tadi ia bawa ke keranjang cucian, lalu melepas kancing kemeja putih yang ia kenakan dari kemarin malam, dan setelah itu pergi kemar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tidak ingin membuang waktunya terlalu lama di kamar mandi, beberapa menit setelahnya laki-laki tampan itu sudah ke luar dari kamarnya dengan pakaian yang lebih santai, yaitu celana pendek dan kaus putih yang melekat pada tubuh idealnya.

Di ruang keluarga terdapat Adam dan Ghina serta Aleta yang sedang duduk sambil menonton kartun kesukaan gadis kecil itu.

Hari ini kedua orang dewasa itu memutuskan untuk libur dari aktivitasnya, dan membiarkan Juan pergi entah ke mana yang anak itu inginkan di hari sabtu ini.

"Kak Dean udah berangkat?" Tanya Hilal mendudukkan dirinya di samping Ghina.

"Udah, habis sarapan tadi. Juan katanya juga mau ngurusin kerjaannya." Balas Ghina.

Sepertinya kerjasama tempo hari yang dibicarakan bersama Leno benar-benar akan direalisasikan, terbukti dari beberapa hari ini Juan yang sudah mulai sibuk dengan perencanaan bagaimana tempat itu akan dibangun. Semoga ini akan menjadi titik awal Juan akan menemukan kehidupan yang sebenarnya.

Laki-laki tampan dan mapan, mungkin akan disandang Juan dengan lengkap untuk beberapa saat yang akan datang.

Ghina mengelus pundak Hilal saat anaknya itu menyandarkan kepalanya di pundak kanannya sambil memejamkan mata.

"Kalau mau tidur di kamar." Ucap Ghina sambil menunduk.

"Jam delapan aku mau balik ke Rumah sakit." Ucap Hilal sekali lagi.

"Kak Hilal mau pergi lagi?" Tanya Aleta setelah tadi belum sempat mengutarakan pertanyaannya ini di meja makan.

"Iya jagain Kak Ara di sana." Jawab Hilal.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang