Malam telah tiba, memunculkan bintang-bintang yang terlihat kecil dari bumi, Hilal tersenyum sambil mengendarai motornya dengan sesekali mendongak menatap langit malam yang cerah.
Suasana hatinya hari ini sedang baik, dimulai dari acara wisudanya yang berjalan lancar, makan-makan bersama keluarga, dan setelah itu mengobrol panjang dengan para Kakaknya. Lalu sekarang dirinya akan bertemu kekasihnya.
Tidak lupa Hilal berhenti di pinggir jalan untuk membelikan martabak manis untuk dibawa ke Rumah sakit, setelah itu melanjutkan perjalanannya.
Setelah sampai di parkiran, Hilal mengaca pada kaca spionnya untuk sedikit merapihkan rambut coklatnya. Rambut kesayangannya, sebentar lagi dirinya harus kembali mengubah warna rambutnya menjadi yang sewajarnya yaitu hitam, tidak mungkin ia melamar dan bekerja dengan dandanan seperti ini.
Tepat di depan pintu kamar rawat Arabella setelah mencuci tangannya, Hilal memastikan dirinya tidak berantakan lalu mengetuk tiga kali pintu di depannya dan setelah itu membuka pintu tersebut.
"Assalamualaikum." Salam Hilal sambil tersenyum pada Arabella dan kedua orangtuanya.
"Waalaikumsalam." Jawab ketiga manusia di dalam ruangan tersebut juga sambil tersenyum.
Meskipun sudah tidak sabar untuk berdekatan dengan kekasihnya, tapi Hilal tidak akan pernah melupakan sopan santunnya. Laki-laki tampan itu menghampiri Danish dan Rania lalu mencium punggung tangan kanannya.
"Sajarna hukum. Gimana lancar?" Tanya Danish sambil menepuk bahu Hilal dengan nada sedikit menggoda. Tatapannya menyorotkan begitu bangganya ia terhadap Hilal, kekasih anaknya yang sudah ia anggap seperti putranya sendiri.
"Om, jangan gitu jadi malu. Tapi Alhamdulillah lancar." Balas Hilal sambil menegakkan tubuhnya.
"Aku bawa martabak, katanya kalau mau ambil hati calon mertua harus pakai martabak jadi aku beli ini." Ucap Hilal lalu meletakkan dua box martabak dalam plastik ke atas meja.
"Udah kamu bawa kabur sampai nggak kelihatan hati Arabella sama orangtuanya. Kamu bawa badan aja udah seneng." Balas Danish membalas bercandaan Hilal.
Hilal tersenyum semakin lebar lalu membalikkan tubuhnya menatap Arabella yang sejak tadi memperhatikanya sambil berbaring.
Senyum laki-laki itu langsung berubah menjadi senyum manis yang tulus. Hilal mendudukkan dirinya di sisi kanan tempat Arabella, setelah itu mengelus sisi kiri pipi gadis itu pelan.
"Mau duduk?" Tanya Hilal. Matanya tidak sedikitpun bisa lepas dari kontak mata Arabella.
"Badan aku lemes." Balas Arabella pelan dan Hilal langsung mengangguk paham.
Satu bulan ini tidak ada yang bisa dikatakan baik untuk Arabella, kesehatannya hampir tidak ada perkembangan. Tubuhnya semakin kurus, lingkaran matanya semakin terlihat jelas, tubuhnya hampir selalu terasa lemas bahkan hanya untuk dudukpun gadis itu rasanya tidak sanggup.
Terkadang Arabella juga terlihat murung semenjak Hilal pulang dari rumah sakit waktu itu dan harus melanjutkan perawatannya di rumah, membuat kekasihnya tersebut tidak bisa berkunjung ke Rumah sakit untuk sementara waktu. Teman mengobrolnya ya itu Reyhan pun tidak lama setelah kejadian tidak menyenangkan kedatangan Adiknya ke Rumah sakit, laki-laki itu memutuskan untuk ke luar dari Rumah sakit ini, membuat Arabella semakin kesepian.
"Acaranya lancar?" Tanya Arabella meskipun sudah tahu jawabannya, ia hanya ingin mengobral dengan kekasihnya ini.
"Lancar." Jawab Hilal lalu tangannya bergeser mengelus alis Arabella lembut.
"Maaf nggak bisa dateng, padahal aku mau lihat kamu pakai toga." Ucap Arabella.
"Nggak masalah, aku nggak ganteng pakai itu. Masih gantengan sekarang." Balas Hilal sambil terkekeh membuat Arabella ikut tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...