50. DAN TERJADI LAGI

392 64 6
                                        

18:30

Di jalan yang mulai gelap ditambah dengan padatnya lalu lintas jalanan di hari sabtu menjelang malam ini, membuat Hilal harus lebih ekstra mengemudikan kendaraannya di sisi-sisi mobil yang padat.

Hingga sampai di mana ada motor lain di sampingnya melakukan hal yang sama yaitu ingin menyelip di sisi kiri mobil, hingga mengakibatkan motor besarnya kehilangan kendali sampai harus terjatuh di sisi jalan, dan motor lain yang menyengolnya itu pun ikut jatuh di sisinya.

Hilal melepasnya helmnya dengan keadaan yang masih terkapar di pinggir jalan lalu memegangi kepalanya, dadanya kembali terbentur stang motornya yang memang didesain menjorok ke badannya. Memang jika dipakai berkendara akan terasa nyaman, namun risiko yang harus diterima saat terjadi kecelakaan memang sangat berbahaya mengenai tubuh sendiri seperti saat ini.

Ini bukan kali kedua Hilal jatuh dari motor besarnya ini, jika dihitung mungkin sudah enam kali dari semenjak membelinya. Jika sudah jatuh seperti ini, rasanya Hilal ingin menjual motor ini saja, sudah lelah mengendarai motor yang jika sudah oleng atau tidak stabil maka pilihannya hanya satu ya itu jatuh, karena tidak bisa dipungkiri memang bobotnya yang cukup berat.

"Mas nggak apa-apa?" Tanya warga sekitar yang memang berjualan di sisi jalan. Di tempatnya jatuh sekarang memang terdapat banyak pedagang kaki lima di malam minggu ini.

Beberapa warga langsung menghentikan laju kendaraan selagi beberapa yang lainnya membantu untuk menepikan tubuh Hilal dan satu orang lainnya ke samping jalan bersama motor mereka.

Hilal membuka matanya saat ada salah satu pria mencoba mengembalikan fokusnya agar tetap terjaga, sambil memegangi dadanya Hilal mencoba untuk bangun. Keringatnya ke luar cukup banyak di wajah tampannya.

"Terima kasih." Ucap Hilal sambil menerima botol menium yang disodorkan padanya, lalu segera meminun air mineral itu.

"Saya antar ke Rumah sakit ya?" Tawar seorang pria yang memang memilih menepikan mobilnya berniat untuk menolong.

"Nggak perlu, Pak. Terima kasih." Ucap Hilal, lalu menoleh ke samping kirinya di mana orang yang telah membuat ia dan motornya terjatuh berada.

Tubuh Hilal tidak berdarah, mungkin hanya goresan-goresan kecil di dijarinya, yang terasa malah lebih ke tubuh bagian depannya yang memang terbentur cukup keras, tetapi dirinya rasa tidak perlu sampai ke Rumah sakit yang nantinya malah akan menggemparkan kembali seluruh anggota keluarganya, untuk kali ini Hilal tidak ingin membuat keributan.

"Nggak apa-apa?" Tanya Hilal sambil memegang bahu kanan orang di sampingnya yang terlihat masih sangat syok.

"Nggak apa-apa, Mas. Maaf, gara-gara motor saya nyengol jadi jatuh kayak gini, kalau Masnya luka atau motornya lecet biar saya ganti rugi." Ucapnya merasa sangat bersalah.

Jika dilihat usianya memang terlihat lebih tua dari Hilal. Melihat wajah bersalah itu, Hilal pun menggeleng sebagai tanda penolakan. Dirinya tidak apa-apa, motornya pun lecet sedikit tidak masalah, malah Hilal melihat orang di depannya ini mendapatkan beberapa luka luar di lengannya.

"Saya baik-baik aja, masalah motor nggak usah dipikirin. Lebih baik luka Masnya diobati dulu." Balas Hilal diakhiri sedikit senyuman.

Setelah itu Hilal kembali meminum air mineral di genggamannya hingga tandas. Matanya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya sebentar, lalu berusaha untuk berdiri.

"Beneran nggak apa-apa Mas? Wajahnya kelihatan pucet." Ucap Ibu-ibu yang sudah memberikan air mineral dagangannya tadi.

Setelah berhasil berdiri, Hilal menghela nafasnya cukup dalam lalu tersenyum pada Ibu-ibu di depannya itu. "saya baik-baik aja." Ucap Hilal.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang