13. SEMAKIN PARAH?

658 86 0
                                    

Seperginya Hilal, Dean langsung menatap Juan yang masih terdiam di tempatnya, beridir dengan kepala sedikit menunduk. Adiknya ini sudah keterlaluan.

"Juan, kamu itu apa-apaan? Hilal itu Adik kamu!" Ucap Dean, menatap Adik keduanya itu tegas.

"Maaf." Balas Juan masih sambil menunduk. Jujur Juan memang merasa bersalah, dirinya menyesal.

"Ini yang mau kamu tunjukin ke Papa waktu udah pulang, kalau kamu udah bisa mukulin Adik sendiri, udah berani berantem sama Saudara sendiri?" Tanya Dean.

"Aku nggak sadar Kak."

"Makanya kamu coba redam emosi, Juan jangan gampang terpancing emosi."

"Hilal emang kayak gitu, dari dulu juga emang pinter ngomong. Kamu udah tau itu kan, tapi kenapa kalian malah sama-sama emosi?" Lanjut Dean.

Dean memijit pelipisnya, ternyata sangat sulit menjadi yang tertua, selama ini masih ada Adam yang mengontrol anak-anaknya, tapi sekarang dirinya benar-benar harus sendiri yang mengawasi. Mama mereka terlalu lembut, tidak mungkin tega memarahi anak-anaknya.

"Kamu udah besar, Kaka nggak mau ada kayak gini lagi. Nanti kalau Hilal udah pulang, kalian bicara baik-baik. Jangan sampai membuat masalah semakin berlarut-larut." Ujar Dean sambil menepuk bahu Juan.

"Iya Kak." Balas Juan menurut.

•••

Di halaman sebuah mini market, Hilal menghentikan motornya lalu membuka helm miliknya. Menoleh ke arah kaca sepion untuk melihat wajahnya yang dilumuti darah.

"Sial!" Umpatnya saat melihatnya wajahnya dari hidung ke bawah dipenuhi darah.

Hilal mengambil sapu tangan di saku belakang lalu segera mengusap darah di wajahnya, menimbulkan bekas merah yang tersisa di kulit.

Setelah itu Hilal turun dari motor lalu melangkahkan kakinya masuk ke minimarket untuk menumpang kamar mandi, ia harus membasuh wajahnya terlebih dulu sebelum membeli beberapa makanan untuk dibawa ke Rumah sakit.

Setelah beres semuanya, Hilal langsung menjalankan motor matic miliknya untuk segera ke Rumah sakit tempat Arabella dirawat.

"Sore cantik. Sendirian aja." Goda Hilal setelah membuka pintu rawat Arabella.

Arabella langsung menolehkan perhatiannya dari tv, merespon Hilal sambil tertawa pelan.

"Kamu mau ke kamar mandi?" Tanya Hilal setelah mendudukkan dirinya, lalu menaruh kantung plastik bawaannya ke atas nakas.

"Barusan udah ke kamar mandi, diantar Suster." Balas Arabella. "kamu bawa apa?" Tannya gadis itu penasaran.

"Tadi sebelum ke sini mampir ke minimarket dulu beli camilan, buat begadang nanti." Jawab Hilal. "tapi kamu nggak boleh minta, banyak micinnya." Lanjut cowok itu sambil tertawa pelan.

"Makanya beli yang nggak ada micinnya biar aku bisa minta."

"Kamu katanya bosen roti, makanya aku nggak beli. Tenang kalau udah ke luar dari Rumah sakit nanti aku masakin makanan buat kamu, spesial." Ucap Hilal.

"Janji ya, aku kangen masakan kamu." Arabella mengulurkan kelingking kanannya.

"Janjilah, ngapain aku pura-pura lupa." Hilal langsung menyatukan jari kelingking mereka, lalu mengubahnya menjadi genggaman.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang