48. PAKAR CINTA

348 67 0
                                    

Jangan pernah gengsi masalah cinta, atau lo bakal kehilangan untuk selamanya, bahkan sebelum sempat memiliki.

Raden Hilal Habzi

~~~

Tidak disangka jika Rumah sakit bisa senyaman ini untuk ditinggali, memamg itu terdengar konyol untuk orang awam, namun bagi orang yang bersyukur seperti Arabella disaat dirinya bisa menghirup udara segar di taman rumah sakit pada pagi hari ini, rasanya ia seakan menjadi orang paling bahagia di bumi ini.

Selepas sarapan dan meminum obat, Hilal mengajaknya untuk sedikit demi sedikit berlatih agar bisa berjalan kembali. Tubuhnya memang belum fit tapi cukup menunjukkan perkembangan.

Hari ini adalah hari ke tujuh pasca operasi, dan hari ke lima pernikahan keduanya. Hilal hampir selalu ada di sisi Arabella, laki-laki itu hanya pulang untuk mandi dan berganti pakaian, selebihnya Hilal tetap di Rumah sakit, dan membiarkan kedua orangtua Arabella beristirahat di rumah, sekalian meminta izin untuk memberikan mereka waktu berdua.

"Pelan-pelan aja." Ucap Hilal. Tangan kirinya ia lingkarkan di perut wanita itu, dan begitu pula tangan kanan Arabella yang memeluk tubuh Hilal untuk dijadikan tumpuhan.

Arabella tidak lumpuh, penglihatannya pun juga sudah kembali, hanya saja lemas di tubuhnya memang tidak bisa disembunyikan.

"Iya aku tau." Balas Arabella diakhiri dengan tawa, karena Hilal tidak hentinya mengutarakan nada kecemasan kepada dirinya.

Sejujurnya Hilal memang khawatir, tapi Arabella memang harus menggerakkan tubuhnya agar tidak selalu terjebak dalam kata lemas untuk waktu yang lebih lama.

"Mau duduk di kursi apa di bawah biar lebih deket sama kolam?" Tanya Hilal.

"Di bawah aja." Jawab Arabella sambil menatap kolam ikan yang cukup besar berada di taman Rumah sakit ini.

Hilal pun menghentikan langkah kakinya, lalu membantu Arabella untuk duduk lebih dulu di atas rumput diikuti oleh dirinya.

"Capek nggak jalan dari kamar ke sini?" Hilal bertanya sambil mengusap keringat yang ada di dahi Arabella, lalu menatap mata Istrinya itu cukup dalam, membuat Arabella mengalihkan perhatiannya yang terfokus pada ikan-ikan di dalam kolam.

"Lumayan, tapi aku seneng udara di sini bagus. Jangan buru-buru balik ke kamar ya."

Senyum Hilal mengembang kala melihat mata berbinar Arabella yang tidak bisa wanita itu samarkan dari bibirnya, Arabella mengutarakan isi hatinya dan Hilal suka itu.

"Kamu suka ikan?" Tanya Hilal sambil memperhatikan Arabella yang kembali fokus pada ikan-ikan yang cukup banyak di dalam kolam.

"Heh?" Gumam Arbella sambil menoleh kembali ke Hilal.

"Ngelihatnya gitu banget. Kamu suka sama ikan?" Tanya Hilal sekali lagi, setahunya Arabella memang tidak terlalu tertarik pada hewan, tapi hari ini mata wanitanya itu begitu terlihat antusias dan menunjukkan ketertarikan saat melihat ikan di depannya.

"Suka lihat aja. Aku jarang lihat-lihat kayak gini, sekali ngelihat waktu habis dikurung dalam kamar." Jelas Arabella sambil tersenyum kembali melihat ke depan.

"Aku punya teman yang melihara ikan hias kayak gini. Kalau kamu mau aku bisa minta bantuan dia buat beli ikan terus kita pelihara." Dengan antusias Hilal mengatakannya. Berpikir mungkin dirinya memang terlalu peka padahal Arabella tidak menginginkannya.

"Aku cuma suka lihat, nggak ada keinginan buat melihara. Jaga diri sendiri aja masih butuh bantuan, masa mau melihara ikan, yang ada malah nggak keurus, kasihan." Balas Arabella.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang