5. BAIK RADEN ATAU SAMUDRA?

975 124 8
                                        

Kamu berbohong akupun percaya
Kamu percaya aku bohongi.

Raden Hilal Habzi

~~~

"Lo ngapain tong dimari?" Tanya Hilal setelah turun dari motornya, menghampiri Aleta yang sedang duduk sendirian di kursi teras rumah mereka.

"Nungguin Kak Dean pulang, Kak." Jawab Aleta masih sambil mengayunkan kedua kaki kecilnya yang menggantung.

"Ngapain nungguin Kak Dean pulang? Masih lama dia pulangnya, masih jam dua ini." Ucap Hilal memberi tahu.

"Kak Dean janji mau ngajak jalan-jalan terus aku boleh jajan sepuasnya," Balas Aleta semangat.

Hilal megangguk mendengar jawaban gadis kecil berstatus adik perempuannya tersebut.

"Ya terus ngapain nunggu di sini, Kak Dean masih lama pulangnya. Nunggu di dalem aja."

"Takut di dalem nggak ada siapa-siapa." Aleta berucap dengan nada ketakutan yang memang tidak bisa ditutupi.

"Cewek kok penakut, harus beranilah." Ucap Hilal sambil mengangkat kepalan tangan kanannya."ayo masuk, ada Kakak juga." ajak Hilal.

"Kak Hilal nggak ke luar lagi kan habis ini?" Tanya Aleta sambil berdiri.

Mata Aleta penuh harap menunjukkan bahwa ia ingin Kakak ketiganya itu tetap di rumah supaya darinya tidak sendirian lagi.

"Ke luarlah, ini cuma mau naruh tas aja." Jawab Hilal lalu masuk ke rumah mereka, meninggalkan Adiknya yang kembali duduk dengan lesu ke kursinya tadi.

Memang tidak mungkin Kakaknya itu betah sedikit lebih lama saja di rumah. Bahkan jam berada di rumah dengan di luar saja lebih banyak jam di luar, rumah benar-benar hanya untuk tempat mandi dan tidur bagi Hilal.

"Lah nggak masuk." Setelah kembali ke teras rumah sesudah menaruh tasnya, Hilal masih mendapai Aleta tetap duduk di sana.

"Aku nggak berani sendirian Kak." Jelas Aleta, bahkan mata dan nada suaranya saja sudah menunjukkan rasa takutnya.

"Ya terus mau nunggu di sini sampe Kak Dean pulang? Masih kurang dua setengah jam."

"Nggak apa-apa, daripada di dalem sendirian."

"Di sini juga sendirian kali." Balas Hilal sedikit mencibir lalu kembali masuk ke rumahnya.

Bagi Aleta lebih baik sendirian di teras daripada harus sendirian di dalam rumah dengan kesunyian.

"Nih pake. Kakak anterin jalan-jalan sambil jajan sekarang daripada nunggu Kak Dean lama." Ucap Hilal sambil mengulurkan jaket dan helm kecil milik Aleta.

Aleta mendongak melihat wajah Hilal, setelah tangannya menerima barang dari tangan Kakaknya lalu berdiri dari duduk.

"Emang Kak Hilal punya uang?" Tanya Aleta sambil menggunakan jaketnya.

"Sembarangan bocah dikira gue anak miskin beban keluarga kali." Balas Hilal.

"Kak Hilal kerja?" Tanya Aleta lagi meskipun pertanyaannya tadi belum dibalas.

"Pacar Kakak kaya tenang aja, aman." Ucap Hilal bercanda.

"Kak Hilal kerja sama Kak Bella?"

"Enggak, udah jangan banyak tanya. Nih pake helmnya." Hilal kembali memberikan helm kecil yang sempat ditaruh Aleta di atas kursi yang didudukinya tadi.

Setelah itu Hilal berjalan terlebih dulu ke motornya dan mengunci pagar setelah Aleta ikut ke luar. Hilal menaiki motornya setelah itu memberikan tangan kirinya untuk dijadikan tumpuhan Aleta naik ke motor besar tersebut.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang