19. BREAK ATAU PUTUS?

578 88 0
                                    

14:30

Kehidupan remaja memang tidak bisa lepas dari ponsel dan game, hampir semua anak-anak sampai remaja, bahkan dewasa memiliki game di ponselnya. Begitu juga dengan Juan dan juga Hilal yang menghabiskan waktu minggu siang mereka di ruangan keluarga sambil bermain game.

"Anjing, kalah mulu." Umpat Juan sambil masih melihat layar ponselnya dengan serius.

"Mulut lo, nanti didenger sama Mama, Papa." Ucap Hilal tanpa menoleh.

"Kelepasan." Balas Juan.

"Kebiasaan bukan kelepasan." Cibir Hilal.

Lalu keduanya kembali hanyut dalam permainan di ponsel masing-masing. Namun rupanya Juan terlalu sulit mengimbangi permainan sang Adik, membuat Hilal sering bersorak girang dan Juan yang beberapa kali mengumpat.

Juan melempar ponselnya ke atas meja sampai menimbulkan suara yang cukup keras, bahkan membuat Hilal kaget.

"Bangsat!" Umpat Juan lagi sambil melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Hilal tertawa renyah, menertawakan kekalahan dan kekesalan Juan di sebelahnya.

"Lo aja yang nggak bisa main, jangan nyalahin hp lo." Ucap Hilal.

"Cuma menang beruntung aja lo." Balas Juan tidak terima.

"Bisa diitung berapa kali lo menang, dua kali atau tiga kali doang, sedangkan kalahnya tak terhingga." Hilal semakin tertawa keras setelah mengatakannya.

"Ayo katanya mau bantuin Papa." Adam datang menghampiri dua anaknya tersebut yang masih duduk di sofa ruang keluarga.

Hilal dan juga Juan sontak menoleh ke sumber suara lalu berdiri dari duduknya.

"Ayo, Pa." Balas Hilal.

"Kak Dean udah di taman." Ucap Adam sambil berjalan mendahului Hilal dan Juan.

Tadi pagi Adam mengatakan pada anak-anaknya jika dirinya ingin membuat kolam ikan di taman samping rumah. Papa empat anak itu meminta bantuaan ketiga putranya yang hari ini berada di rumah.

"Rajin banget, pasti minta dinikahin." Ucap Hilal saat sudah menginjakkan kakinya di taman. Melihat Dean yang sedang menyangkul tanah untuk kolam ikan.

"Lo yang pengen cepet-cepet nikah, bukan gue." Dean membalasnya dengan sewot.

"Ya jelas dong, kan udah ada ceweknya nggak Kayak Kak Dean sama Juan, jomlo abadi." Balas Hilal.

"Diem. Cangkul nih gantian." Dean menegakkan tubuhnya yang membungkuk dalam waktu yang lumayan lama.

"Baru juga bentar." Balas Hilal.

"Capek lah, gantian makanya." Dean mengatakan sambil berjalan minggir.

"Lemah.'" Cibir Hilal.

"Lo lebih lemah ya bocah." Balas Dean. "Hilal tuh, Pa bilangin kalau ngomong harus disaring."

"Udah tua ngaduan." Ucap Hilal dengan ekspresi wajah yang menyebalkan.

"Pa." Panggil Dean.

"Udah biarin aja, namanya juga masih kecil." Balas Adam sambil tertawa. Dean dan juga Hilal memang sering bertengkar, seolah itu adalah kegiatan wajib bagi mereka saat bertemu, membuat Adam tidak heran lagi dan tidak menganggap serius pertengkaran anaknya tersebut.

"Ih, udah gede." Hilal tidak terima sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Udah gue aja yang nyangkul." Ucap Juan merasa jengah dengan pertengkaran kedua Saudaranya.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang