11. TETAP BERSYUKUR

652 97 0
                                    

Ada kalanya kita harus melanggar norma yang ada untuk kebaikan

Deano Samudra Habzi

~~~

22:40

Malam ini Hilal memilih untuk menghabiskan sisa waktu hari ini di teras rumahnya seorang diri. Merenungi berbagai hal yang telah terjadi kehidupnya belakang ini.

Berat, jujur Hilal jika bisa mengeluh pasti akan mengutarakan isi hatinya yang terasa tidak sanggup untuk hal-hal yang sudah menimpanya. Tapi Hilal harus mengeluh pada siapa kecuali Tuhan?

"Masih di sini? Kenapa belom tidur?"

Hilal menolehkan kepalanya ke kanan, ada Dean di sana yang baru saja mengeluarkan pertanyaan.

"Masih belom ngantuk." Jawaban klasik tapi Dean menerimanya. Anak tertua dalam keluarga itu duduk di samping kanan Hilal, lalu menaruh cengkir kopinya di meja yang terdapat di antara mereka.

"Keadaan Bella gimana?" Tanya Dean mencoba untuk mengajak mengobrol.

"Masih di Rumah sakit. Hari ini gue nggak sempet ke sana tapi besok pasti bakal ke sana." Balas Hilal.

Dean mengangguk sambil kembali mengambil cangkir kopinya lalu mulai meminum isinya dengan pelan.

"Masalah itu nggak perlu dipikirin terus, malah nambah beban pikiran. Hadapi aja semampu kamu karena Allah udah nentuin porsi cobaan yang bakal diterima hambanya. Diri kamu lagi diuji, dan derajat kamu bakal dinaikkan." Ucap Dean kalem.

Dean memang Kakak yang baik, dia bisa menempatkan posisinya menjadi seorang Kakak, teman dan juga pengganti kepala keluarga bagi Adik-adiknya. Setelah Papa mereka, Dean lah orang paling taat beribadah di keluarga ini.

"Jangan coba-coba menyalahkan Allah apapun yang kamu terima. Allah mendatangkan musibah sama kesedihan pasti ada hikmahnya, contohnya sebelum ini kita lihat Papa di rumah pasti udah biasa aja, tapi kalau kayak sekarang gimana? Buat lihat Papa aja susah, dan waktu bisa bicara lagi sama Papa rasanya seneng banget, bahagia dan rindu. Bener rindu itu emang menyakitkan tapi rindu juga bisa datengin kebagian kalau udah bertemu. Bahagia itu gampang kalau kita selalu bersyukur."

Hilal setuju, pemikiran terbuka dari Dean adalah tempat paling tepat untuk teman bercerita dan dimintai pendapat.

"Kakak dari kecil sampai gede tumbuh di rumah ini tapi tetep selalu rindu kalau harus kerja jauh, yang paling dirinduin pasti rumah yang ada isinya Papa, Mama sama Adek-adek. Bahagia Kakak cuma itu, kita kumpul tanpa ada beban aja udah cukup." lanjut Dean.

"Masalah Kakak sama kamu pasti beda, Hilal. Jadi Kakak nggak mau menggurui kamu, tapi kalau kamu butuh bantuan bisa ngomong ke Kakak, bahkan kalau sekadar butuh temen cerita bilang aja." Ucap Dean, menolehkan kepanya ke kiri melihat Adiknya yang hanya diam saja.

"Arabella sakit keras, Papa sekarang kayak gini. Aku maunya keluarga kita kayak dulu lagi dan Arabella bisa sehat kayak dua tahun lalu, tapi apa bisa?" Tanya Hilal.

"Kamu sadar nggak kalau yang kamu minta itu banyak banget? Emangnya kamu udah ngasih apa ke Allah sampai banyak maunya kayak gini?" Tanya Dean, bukan berniat sarkas namun realistis.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang