39. SEDIKIT BERBURUK SANGKA

456 69 5
                                    

Jangan dengan adanya orang membutuhkan bantuan, kita harus serta-merta membantunya tanpa waspada.

Juan Arjuna Habzi

~~~

Tidak ingin pilih kasih, sama seperti Hilal, Adam pun memberikan izin Juan untuk pergi berlibur entah itu ke mana, yang pastinya anaknya itu tidak perlu pergi ke restoran untuk membantu Mamanya.

Juan sebenarnya antara senang dan tidak senang, senang karena dirinya bisa bebas dari sesaknya manusia yang selalu memadati restoran Mamanya, dan tidak senangnya, dirinya bingung tidak tahu harus melakukan apa.

Bermain bersama teman? Dirinya tidak punya teman. Berkencan? Juan jomlo akut. Di rumah tidur seharian? Itu bukan libur, melainkan sakit.

Saudara-saudaranya juga sedang tidak ada di rumah, Dean tentu saja bekerja, Hilal sedang berlibur dengan kekasihnya, Aleta sekolah.

Tapi Juan tidak mau sibuk memikirkan tentang kesendiriannya, dengan ditemani motor kesayangannya, Juan menjalankan kendaraan itu berjalan sesuai keinginannya. Berkendara tanpa tujuan, itulah yang dilakukan Juan sekarang.

Di tengah jalan yang sepi di samping kanan dan kiri dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang menyejukkan namun akan menyeramkan saat malam hari, Juan menghentikan motor trailnya.

Juan melepas helmnya lalu memencet hidung mancungnya yang terasa gatal, setelah itu mengambil kotak rokok di saku jaket dan mengambil satu batang di dalamnya, lalu membakar sedikit ujungnya dengan korek api di tangan kirinya.

Udara segar pepohonan di sekitarnya pun berubah menjadi menyesakkan. Ini tidak benar tapi Juan tidak bisa berhenti.

Tangan kiri Juan merogoh saku jaket untuk mengambil ponselnya dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul sebelas siang, setelah itu Juan memasukkan kembali benda pipih itu.

Masih dengan rokok yang menyala setelah berpindah ke jari-jari tangan kirinya, Juan kembali memakai helmnya dan menjalankan motornya meninggalkan tempat itu.

Jalan ini memang cukup sepi karena jauh dari perumahan atau pusat perbelanjaan, membuat banyak orang enggan melewati jalan ini meskipun akan disuguhi pemandangan dan udara yang menyejukkan, karena rawannya kejahatan di daerah sesepi itu.

Juan tahu itu tapi dirinya tidak takut, apa kejahatan akan ada setiap hari? Tapi kejahatan bisa saja ada karena keadaan dan kesempatan.

Setelah melewati jalan yang mulus dengan aspal, kini Juan harus rela membiarkan motor bersihnya melewati jalanan tanah yang belum tersentuh oleh aspal sama sekali, jalanan tidak becek namun kering, untung saja dirinya memaki helm full face, membuat debu yang tertiup angin tidak bisa masuk ke matanya atau mengganggu pernapasannya.

Namun ketenangan berkendara Juan sepertinya harus berhenti sampai di sini, di saat ada seseorang yang menghadang jalannya sambil merentangkan tangan di tengah jalan.

Dengan sigap meskipun sedikit terkejut, Juan membelokkan arah motornya agar tidak menabrak orang di depannya, membut dirinya bersama motor trail itu harus terjatuh dengan cukup keras. Juan harap motornya tidak lecet.

Takut? Tidak sama sekali, Juan malah dibuat kesal sekaligus marah pada orang yang dengan begitu beraninya berdiri di tengah jalan dan menghadangnya.

"Stress lo? Kalau mau bunuh diri jangan bawa-bawa gue! Kalau mau mati jangan nyusahin!" Bentak Juan setelah berdiri sambil melepas helmnya, membiarkan wajah tampannya terpampang dengan jelas.

Tidak mendapatkan respon, melihat wanita di depannya hanya diam saja menatap dirinya, membuat Juan sedikit berpikir. Iya Juan baru saja meneliti jika yang menghadang dirinya andalah perempuan dengan rambut panjang sepunggung.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang