Jika diriku sudah tidak bisa dipercaya, setidaknya anggaplah kehadiranku menjadi sesuatu yang istimewa
Raden Hilal Habzi
~~~
Hilal melepaskan helmnya setelah berhasil memarkir motornya di halam rumah sakit, kaki lelaki itu bergerak dengan cepat menuju tujuannya. Ingin rasanya dirinya berlari tapi ia masih sadar tempat.
Setelah melewati lorong rumah sakit dengan degup jantung yang berdetak tidak normal, Hilal akhirnya sampai di depan ruangan rawat yang dirinya cari.
Kepalan tangan kanannya mengetuk tiga kali pintu ruangan tersebut lalu membukanya, memperlihatkan dalam ruangan yang terdapat Arabella dan orangtuanya.
Hilal melangkah mendekat lalu mencium tangan orangtua kekasihnya bergantian, setelah itu pandangannya tertuju pada Arabella yang sedang berbaring menatapnya.
Hilal menunduk untuk mencium kening Arabella dengan sayang, membuat gadis itu memejamkan matanya merasakan perlakuan manis dari kekasihnya itu.
"Udah siuman dari tadi?" Tanya Hilal, menatap tepat dikedua manik mata Arabella.
Tangan kiri Hilal mengelus pelan dahi Arabella, memberikan ketengan sekaligus memberi tahu tanpa kata-kata jika ia sangat menyayanginya.
"Baru aja. Udah kecium bau kamu dari parkiran makanya aku bangun." Jawab Arabella bercanda sambil mencoba untuk tertawa pelan dengan bibir pucatnya.
Hilal tidak kuasa untuk ikut tersenyum, tapi tetap tidak mampu untuk menutupi rasa hatinya yang sakit karena harus melihat kembali kekasihnya berbaring di ranjang rumah sakit.
"Kalau masih pusing tidur aja, aku tungguin di sini." Ucap Hilal.
"Bener?"
"Iya."
"Iya tidur lagi ya, sayang. Habis ini Mama mau pulang bikinin kamu bubur." Ucap Rania sangat hafal jika Arabella tidak akan mau memakan makanan dari rumah sakit.
"Jangan lama-lama, Ma. Aku mau tidur dulu, pusing." Balas Arabella dengan suara lemahnya.
"Iya sayang."
"Kamu juga jangan ke mana-mana." Ucap Arabella kepada Hilal.
Hilal megangguk sambil tersenyum kecil untuk meyakinkan Arabella.
Arabella ikut mengangguk pelan, lalu mulai kembali menutup matanya. Sejujurnya untuk tetap terjaga seperti ini rasanya dirinya sudah tidak mampu, tapi apa daya jika hatinya ingin menunggu kedatangan Hilal, memastikan laki-laki itu datang dengan selamat.
Perhatian ketiga manusia itu tidak terputus dari Arabella yang sudah menjelajah alam mimpi, meninggalkam kecemasan dari orang-orang yang menyayanginya.
Setelah memastikan putrinya tidur, Rania pun pamit untuk pulang menggunakan mobil milik Danish, sedangkan Suaminya itu tetap berada di sini dengan Hilal untuk menjaga Arabella.
"Hilal, Om mau ngomong sama kamu." Ucap Danish memecah keheningan setelah sepuluh menit Rania ke luar dari ruangan rawat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...