4. TERLALU BANYAK RAHASIA

1.1K 145 4
                                    

Hukuman sudah diputuskan, setelah Adam lebih memilih untuk bertanggung jawab dan tidak menggunakan uang untuk membebaskannya, pria itu akan menjalani masa hukuman enam tahun penjara dan denda sebesar duabelas juta.

Kronologinya sudah jelas saat Adam sedang perjalanan kembali ke restorannya, tanpa diduga ada pengendara sepeda motor yang tiba-tiba oleng ke kanan menghindari kucing liar, otomatis Adam yang berada di belakangnya dengan kecepatan cukup tinggi tidak mampu untuk menghindari benturan antara mobilnya dengan pengendara di depannya yang langsung terpental dan membentur trotoar dengan keras, korban langsung dibawa ke Rumah sakit namun nyawanya tidak dapat tertolong.

Hal yang berat namun harus tetap diterima dan dijalani, bukan hanya untuk Adam tapi juga untuk keluarganya. Mereka sudah dewasa dan sudah seharunya bisa memahami hal ini.

Hanya satu anak yang mungkin belum mengerti tentang keadaan saat ini ya itu si bungsu Aleta, gadis itu tidak seharusnya berada di posisi ini dalam umur semuda sekarang.

Namun Mama beserta ketiga Kakaknya sudah memberi penjelasan bahwa Papa mereka tidak akan pulang untuk sementara waktu, tapi Aleta bisa menjenguk Adam dengan alasan Papanya tersebut harus bekerja. Ya hanya alasan itu yang bisa dijelaskan karena tidak mungkin mereka memberi tahu yang sebenernya, tidak ingin menutupi tapi nanti kalau sudah saatnya Aleta pasti akan mengerti.

Setelah melakukan perpisahan dan ucapan menenangkan, mereka pun harus berpisah untuk pulang dan Adam harus kembali ke sel tahanan tempat tinggal barunya untuk enam tahun kedepan.

Ghina mengalihkan pandangannya menatap tiga orang di depannya setelah kepala keluarga mereka sudah tidak nampak laagi dalam jangkauan mata mereka.

"Terima kasih sudah datang." Ucap Ghina sambil tersenyum simpul.

"Hilal sudah seperti anak kami sendiri. Kami turut sedih." Balas Rania sambil mengusap punggung Ibu dari kekasih anaknya tersebut.

"Maaf kami tidak bisa membantu." Danish tentu saja merasa bersalah, ingin rasanya membantu tapi Papa Hilal sudah mengambil keputusan jika dirinya akan bertanggung jawan penuh.

"Nggak perlu minta maaf Om, ini semua juga keputusan Papa sendiri. Apa yang udah dilakuin Papa itu bener, dan aku yakin dengan ini yang bakal bikin Papa tenang, nggak merasa bersalah lagi." Jelas Hilal.

Danish megangguk lalu menepuk bahu pemuda itu pelan bermaksud membenarkan ucapannya dan juga sekaligus menguatkan. Ia tahu meskipun Hilal tampak biasa saja namun di dalam hatinya ia tetaplah seorang anak.

"Bagaimana kalau kita mengobrol di rumah?" Tanya Dean karena tidak enak rasanya mengobrol masih berada di kawasan pengadilan seperti ini.

"Aku mau ajak Arabella ke luar, bolehkan Om, Tante?" Tanya Hilal.

"Nggak perlu izin pun Om sama Tante bolehin, kami berdua udah percaya sama kamu." Jawab Danish sambil terkekeh.

Mendengar itu tentu saja Hilal juga ikut tertawa pelan lalu menggenggam tangan Arabella.

"Ya sudah ayo." Ucap Dean mengajak mereka untuk meninggalkan tempat ini.

•••

Hilal rasanya tidak ingin melepaskan genggaman tangannya dengan Arabella sedikitpun, laki-laki itu menarik genggaman mereka pelan agar tubuh kekasihnya itu lebih mendekat ke arahnya. Hilal tersenyum semakin lebar ketika menolehkan wajahnya ke kiri, entahlah melihat wajah Arabella saja sudah membuat suasana hatinya berbunga-bunga.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang