21. KAN NGGAK JADI

622 91 6
                                        

Hilal merintih saat rasa nyeri di beberapa bagian tubuhnya kembali terasa. Ia tidak kehilangan kesadarannya, tapi rasanya Hilal sudah tidak sanggup untuk membuka matanya, tubuhnya terasa sakit dan lemas.

Di ruangan IGD ini laki-laki itu tidak sendirian, ada Mama, Papanya dan juga Juan yang berada di sana setelah pihak Rumah sakit menghubungi nomor Ghina.

Mendengar jika anaknya mengalami kecelakaan tentu saja membuat Ghina kalang kabut dengan pikiran mengarah ke berbagai hal negatif.

Melihat Hilal terbaring di IGD dengan luka di tangan dan juga kakinya, serta infus yang terpasang di tangannya, membuat Ghina merasa sangat tidak tega, seolah dirinya ikut merasakan kesakitan yang anaknya itu rasakan.

Namun mereka harus bersyukur karena luka yang didapat Hilal tidak terlalu parah, hanya beberapa goresan di tangan, dan juga lebam di kaki dan dada.

"Pa, apa nggak boleh minta Dokter pasangin oksigen?" Tanya Ghina khawatir melihat putranya sedari tadi mengambil napas dengan berat.

Dadanya terbentur dan dirinya masih syok, Hilal pasti merasakan sesak sampai membuatnya sulit bernapas.

"Nggak usah Ma, aku mau pulang aja." Sela Hilal sambil membuka matanya menatap Ghina.

"Kamu di sini dulu, Papa mau urus administrasi buat kamar rawat kamu." Tolak Adam.

"Nggak mau." Balas Hilal.

"Kamu lemes gini, masih perlu diinfus." Ucap Ghina lembut sambil mengelus rambut Hilal.

"Nunggu cairan infusnya habis, terus pulang pokoknya aku nggak mau sampe nginep di sini." Balas Hilal ngotot.

Juan menarik nafasnya, tidak mau ikut campur menghadapi sikap Adiknya ini. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya.

"Ma, aku mau telepon Kak Dean, atau nggak usah dikasih tahu?" Tanya Juan.

"Nggak usah." Sela Hilal.

"Diem lo." Balas Juan garang.

"Kasih tahu aja, tapi nggak perlu buru-buru ke sini, yang penting Samudra udah dikasih tahu." Ucap. Adam.

Juan mengangguk."kalau gitu aku ke luar dulu, mau telepon kak Dean."

"Iya." Balas Ghina.

Setelah itu Juan pergi meninggalkan ruangan IGD, mencari tempat duduk terlebih dahulu sebelum menelepon Dean.

"Jangan kasih tahu Arabella." Ucap Hilal.

"Kenapa, kalian lagi marahan?" Tanya Ghina.

"Enggak, nanti dia kepikiran terus sampe bikin kondisinya drop, aku nggak mau." Jawab Hilal.

"Tapi dia dirawat di sini juga kan? Nggak baik nyembunyiin keadaan kayak gini. Kamu sama orangtua Arabella udah deket banget, selalu dampingin anaknya waktu sakit tapi kamu kena musibah terus mereka nggak dikasih tahu, nanti malah jadi canggung." Ghina menasihati.

"Nggak apa-apa dikasih tahu, nanti Bella dikasih pengertian." Adam ikut menambahi.

"Ya udah." Balas Hilal pasrah.

"Nanti Mama sama Papa ke kamar rawat Arabella buat ngasih tahu." Ucap Ghina yang diberi anggukan oleh Hilal.

"Sekarang kamu tidur aja." Suruh Adam. Anaknya ini kesakitan tapi masih kuat berbicara panjang sampai membuat Adam tidak habis pikir.

•••

"Kok bisa kecelakaan, di mana?" Tanya Dean cepat saat Juan baru saja memberi tahunya.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang