Waktu itu sore hari saat Juan dan Dean sedang berada di cafe Italia, mereka menghabiskan waktu cukup lama di tempat tersebut, lebih tepatnya menunggu Juan menghabiskan makanannya.
"Gue mau ke toilet dulu bentar." Ucap Juan sambil berdiri.
"Ngapain? Mules?" Tanya Dean.
"Mau buang air." Jawab Juan lalu pergi.
Setelah menyelesaikan urusan kecilnya barusan, Juan berdiri di depan kaca sambil membersihkan tangannya dengan sabun. Sedikit meneliti wajahnya untuk memastikan tidak ada apa pun yang menempel.
Setelah itu laki-laki dengan hidung melebihi batas tersebut pun ke luar dari toilet, bermaksud kembali ke tempat Dean duduk tapi saat melewati lorong penghubung cafe yang memisahkan area outdoor dan indoor membuat hawa merokoknya ke luar. Jadi Juan putusnya untuk membakar satu batang rokoknya sebelum kembali ke dalam.
Juan berdiri di samping laki-laki yang juga ingin merekok di tempat ini, bukan hanya dirinya yang mempunyai keinginan yang sama, ada beberapa pria lain yang juga sedang merokok.
Merasa tidak asing, Juan menolehkan kepalanya ke samping kirinya lalu meneliti sampai membuat bibirnya terbuka dengan tidak sadar.
Juan kenal dengan orang ini, bukan hanya sekadar kenal namun bisa dibilang akrab. Setelah menetralkan ekspresinya Juan menyalakan korek apinya ke rokok yang berada di bibir laki-laki di sampingnya itu yang sepertinya tidak bisa menghidupkan koreknya setelah beberapa kali mencoba namun tidak bisa menyala.
"Terima kasih." Ucapnya setelah menjauhkan rokok miliknya dari mulut, namun ucapannya tergantung saat menoleh ke orang yang baru saja dengan sukarela memberikan apinya.
"Kak Juan." Panggilnya dengan mata membulat. Sangat tidak menyangka bisa bertemu dengan Juan kembali.
"Lain kali bawa korek yang bener, lo kaya masa beli korek yang bagus nggak bisa." Ucap Juan lalu membakar ujung rokok miliknya, menghisapnya dengan penuh rasa nikmat.
"Gue nggak tau Kak kalau habis." Balasnya lalu ikut menghisap rokoknya.
"Gimana kabar lo Kak? Nggak nyangka kita bisa ketemu lagi."
"Baik. Lebih baik emang nggak perlu ketemu dan berurusan lagi." Balas Juan tanpa menoleh, sama seperti yang dilakukan laki-laki di sampingnya.
"Gue minta maaf, bener-bener minta maaf."
"Bukan salah lo, Le. Udah berapa kali lo minta maaf sama gue, tapi gue nggak ada masalah sama lo." Ucap Juan.
Juan menghembuskan nafasnya membuat asap rokok ke luar dari mulutnya, lalu menghadap sepenuhnya ke laki-laki di sampingnya itu.
"Nggak perlu dibahas lagi. Leno lo sama gue tetap temen kayak dulu." Ucap Juan membuat Leno balas menatapnya lalu mengangguk pelan.
"Jadi gimana kabar lo sama Istri lo? Terakhir kita ketemu waktu nikahan lo, hampir dua tahun lalu." Tanya Juan, mengarahkan pembicaraan mereka kehal yang lebih menarik.
Bibir Leno langsung tertarik, wajahnya pun tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Tentu saja ditanya seperti itu membuat dirinya ingin membagikan cerita bahagianya.
Jika para remaja lain setelah lulus SMA ada yang lebih memilih melamar kerja, berbeda dengan Leno yang melamar kekasihnya, jika teman-temannya yang lain sibuk mencari dan mendaftarkan diri ke bangku perkuliahan, maka jauh berbeda dengan Leno yang lebih sibuk mencari baju pernikahan dan mendaftarkan diri ke kantor urusan agama.
"Baik, baik banget malah sekarang kita udah punya anak umurnya sebelas bulan, bulan depan ulang tahun yang pertama." Ucap Leno antusias.
"Wah, gue baru tau kalau lo udah beranak. Siapa namanya? Nanti kabarin gue tanggal ulang tahunnya biar bisa ngasih kado." Balas Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...