Satu masalah terselesaikan, mulai sekarang mereka akan bisa kembali berkumpul bersama keluarga di atap yang sama.
Adam berjanji akan semakin berhati-hati untuk kedepannya, meskipun ini bukan murni kesalahannya tapi dirinya tetap merasa menyesal dan berdosa.
Setiap malam dan setiap waktunya Adam selalu berdoa semoga amal ibadah korban diterima, semoga dia bisa memaafkan dirinya ini.
Dean membuka pintu utama rumah, mempersilahkan Adam untuk masuk, setelah itu disusul Juan dan juga Hilal di belakangnya.
"Papa!" Panggil Aleta dengan suara keras.
Baru menginjakkan kaki di dalam rumah, Adam langsung disambut teriakan rindu dari putri kecilnya dan juga senyuman menyejukkan milik Istrinya.
Keduanya berjalan mendekat, lalu Adam menggendong Aleta yang langsung dibalas dengan erat oleh gadis kecil itu.
"Kenapa Papa kerjanya lama?" Tanya Aleta manja, kepalanya masih bersandar dengan nyaman di pundak Adam.
"Maaf ya, sayang Papa janji nggak bakal pergi lagi." Balas Adam sambil tangannya mengelus pelan punggung kecil Aleta.
"Ayo duduk dulu," Ajak Ghina."kita makan siang." Lanjutnya lalu berjalan ke dapur diikuti Suami dan juga anak-anak mereka.
Setelah semuanya duduk, Ghina sebagai Ibu rumah tangga segera mengambilkan makanan untuk semua anggota keluarganya, ini sudah menjadi rutinitasnya.
"Mama udah kangen berat sama Papa." Ucap Hilal sambil mengunyah."semangat banget masaknya." Lanjut laki-laki itu sambil tertawa menggoda Mamanya.
"Semuanya juga kangen." Balas Ghina, tidak mau dianggap sendirian.
Dean ikut tersenyum melihat interaksi keluarganya. Menyenangkan bisa berkumpul seperti ini kembali.
•••
Sebenernya Hilal bisa saja membawa motornya ke tempat cuci tapi lelaki itu selalu mengusahakan tidak mau kalau memang tidak sedang sibuk. Hilal lebih suka merawat barangnya sendiri, mencuci motor contohnya, selain itu juga supaya ia tidak menjadi orang sering ketergantungan pada orang lain. Dimulai dari hal sepele seperti ini saja sudah langkah yang bagus.
Sambil bersenandung, Hilal menggosok sepeda motornya dengan busa yang sudah terdapat banyak sabun. Sesekali berpikir jika nanti sudah bisa membeli mobil sendiri pasti akan sangat merepotkan mencurinya. Tapi Hilal selalu akan mensyukuri nikmat.
"Lo nggak ke Arabella?"
Hilal menghentikan aktivitasnya, menoleh ke balik punggungnya dan menemukan Juan berdiri di teras rumah.
"Enggak." Jawab Hilal.
Juan menghela nafasnya lalu lebih mendekat ke arah Adiknya itu yang kembali melanjutkan acara mencuci.
"Gue minta maaf. Gue tau salah karena kasar sama lo." Ucap Juan to the point.
"Nggak apa-apa, bukan masalah serius." Balas Hilal tanpa menoleh, tangannya masih sibuk dengan kegiatannya.
"Gue tau salah dan udah seharusnya gue minta maaf. Syukur kalau lo ngerti sifat gue kayak gimana."
Hilal kembali menoleh, kali ini menatap wajah Kakak keduanya itu yang baru saja meminta maaf padanya.
"Gue ngertiin sikaf lo tapi gue nggak membenarkan. Jadi lebih baik lo bisa kontrol diri lebih baik lagi, atau itu bisa jadi boomerang buat lo sendiri. Nggak masalah lo marah atau nonjok gue tapi bakal jadi malah kalau itu ke orang lain." Ucap Hilal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...