10.30
Sesuaai rencana, setelah menyelesaikan tugas yang sudah diamanatkan ke dirinya oleh Adam, Hilal pun pergi ke restoran milik Mamanya sebelum jam makan siang.
Sengaja memang Hilal datang lebih awal karena hari ini weekend yang pastinya kedua usaha milik orangtuanya akan semakin ramai oleh pembeli.
"Mas Hilal." Sapa seorang juru parkir yang bekerja untuk menertibkan kendaraan di restoran Mamanya.
Mendengar namanya dipanggil dengan begitu ramah, Hilal pun urung meneruskan jalannya dan berbalik menatap pria paruh baya yang tersenyum melihatnya.
"Pak Hanan, lama nggak ketemu. Gimana kabarnya, Pak?" Tanya Hilal tidak kalah ramah sambil menjabat tangan Hanan dengan kedua tangannya.
Hanan sudah bekerja lama dengan keluarganya, bahkan lebih lama dari umur Hilal sekarang. Pria paruh baya tersebut sudah bekerja semenjak restoran ini dibangun, atau lebih tepatnya duapuluh tiga tahun yang lalu, saat Dean baru berumur tiga tahun dan Juan masih bayi.
"Baik, Mas Hilal sendiri gimana? Katanya habis kecelakaan makanya lama nggak pernah ke sini." Ucap Hanan.
"Cuma kecelakaan biasa aja kok Pak, nggak parah. Nggak sempat ke sini karena sibuk ngurusin wisuda aja dan baru bisa hari ini." Balas Hilal sambil tertawa kecil, membuat dirinya terlihat meyakinkan jika kecelakaan yang menimpanya memang tidak parah.
"Alhamdulillah kalau nggak parah, Mas. Hati-hati kalau naik motor, mana motornya Mas Hilal ini besar banget, saya aja ngeri lihatnya takut kaki nggak nyampe."
"Tenang, saya tinggi kok Pak." Masih dengan tawa yang belum surut Hilal membalasnya.
"Iya tinggi, dulu saya lihat Mas Hilal sama Mas Juan suka lari-larian di depan sini tapi nggak kerasa sekarang udah pada besar aja." Ucap Hanan.
"Iya dong Pak masa kecil terus." Balas Hilal."ya udah Pak nanti kita ngobrol lagi, sekarang mau ketemu Mama dulu, mau ke Rumah sakit soalnya." Lanjut Hilal.
"Iya Mas Hilal. Saya doain pacarnya cepat sembuh biar bisa diajak main ke restoran lagi."
Memang sudah bukan rahasia umum lagi jika Hilal sudah memiliki kekasih sejak lama, dan berita tentang keadaan Arabella pun bukan lagi hal yang mengejutkan bagi orang-orang sekitar yang mengenal laki-laki tersebut.
"Amin, Makasih Pak Hanan." Balas Hilal sambil tersenyum tulus.
Setelah menginjakkan kakinya di pintu besar utama restoran keluarganya, ternyata tebakannya benar jika restoran sedang ramai bahkan sebelum jam makan siang, dan bisa ditebak lagi jika setelah ini restoran akan semakin membludak.
Hilal berjalan ke dapur, tempat Mamanya sering kali memantau para Chef di sana dan juga terkadang sesekali membantu. Dibanding menyapa Juan yang sedang sibuk di kasir bersama satu kasir wanita di sampingnya yang sama sibuknya, Hilal lebih memilih menemui Ghina terlebih dahulu.
Hilal melewati lorong kecil lalu membuka pintu dapur yang terdapat tulisan 'Dilarang masuk selain Chef dan pegawai restoran' Tapi Hilal melanggarnya.
Ramai dan sesak, itu yang Hilal rasakan setelah masuk ke dapur, tentu saja aktivitas sedang dilakukan di sana untuk memenuhi pesanan yang terus berdatangan. Kehidupan dapur itu keras, Hilal tahu itu.
Semakin berjalan masuk, Hilal akhirnya bisa menemukan Ghina yang sedang membantu menata masakan di meja tapi wanita itu tidak ikut memasak. Melihat itu, Hilal pun mendekatinya lalu menyentuh lengan Ghina pelan agar Mamanya tersebut tidak terkejut.
Ghina menoleh lalu ekspresinya berubah menjadi sedikit terkejut mengetahui putra ketiganya ada di sini.
"Raden, kamu di sini sejak kapan? Bukannya tadi katanya ke Rumah sakit mau nemenin Bella?" Ghina langsung membanjiri anaknya itu dengan berbagai pertanyaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/257272843-288-k652933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Hayran Kurgu🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...