52. JANGAN SAMPAI MENYESAL

404 71 3
                                        

Bagi kebanyakan manusia di muka bumi ini, belajar atau mengerjakan pekerjaan dihari libur adalah hal yang sangat tidak masuk akal, namun hal itu benar-benar dilakukan oleh laki-laki tampan yang sedang duduk di kursi di dalam kamarnya tersebut.

Sejak satu jam yang lalu, Hilal sudah sibuk dengan buku-buku besar miliknya dan juga laptop yang terus menyala di atas meja depannya.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Arabella mengagetkannya dengan memeluk lehernya dari belakang, kepala wanita itu ia tumpuhkan di pundak kanan Hilal dengan keadaan tetap berdiri membungkuk.

"Kenapa kebangun, hem?" Tanya Hilal.

Laki-laki itu meletakkan pulpen dari tangan kanannya, lalu mengelus lengan Arabella yang melingkar di lehernya.

"Kamu yang kenapa belum tidur?" Tanya Arabella pelan.

Hilal terkekeh pelan lalu mengusap pelan rambut wanita itu. "tadi kan udah tidur sampai siang. Sekarang belum ngantuk." Jelas Hilal.

"Hilal." Panggil Arabella setelah terjadi jeda di obrolan mereka.

"Hem?" Respon Hilal cukup singkat mampu membuat Arabella mengangkat kepalanya dan menatap Suaminya tersebut dari samping.

Cukup dekat, bahkan dekat sekali wajah mereka saling berhadapan, membuat Hilal tidak ada keinginan lain selain mencium pipi kanan dan kiri Arabella, lalu ke hidung perempuan itu. Terakhir di bibirnya Hilal memberikan kecupan sebanyak tiga kali, hal itu cukup membuat keduanya tertawa setelahnya.

"Mau apa?" Tanya Hilal, masih dengan bibir yang tertarik membentuk senyum.

Sedikit ragu Arabella tetap mengatakannya. "tiba-tiba kebangun pengen makan mie instan." Ucap Arabella, ia harap Hilal peka.

"Nggak boleh." Hilal menggeleng menolaknya bahkan sebelum Arabella meminta. Lihatlah Hilal terlalu peka.

"Satu kali aja. Udah lama juga aku nggak makan mie instan, hari ini lagi kepengen banget." Arabella mencoba membujuk. Sudah ia duga jika Hilal tidak akan mengizinkannya semudah itu.

Hilal tetap menggeleng lalu kembali menghadapkan kepalanya ke arah laptopnya, bermaksud ingin mematikan benda itu saat tangan kanan Arabella yang berada di lehernya tertarik ke pipinya untuk menghadap kembali kepadanya.

"Setengah." Kali ini Arabella menawar lebih agar Hilal mau menurutinya, setidaknya biarkan rasa inginnya terpenuhi sedikit saja.

Melihat tingkah Istrinya itu, Hilal berusaha menahan tawanya meskipun tidak semudah itu sampai bibirnya lagi-lagi tersenyum.

"Kepengen banget?" Tanya Hilal memastikan hal yang sudah pasti dijawab anggukan semangat dari Arabella.

"Banget." Jelasnya.

"Ya udah." Balas Hilal sambil mengangguk.

"Boleh?" Tanyanya memastikan.

"Enggak." Jawab Hilal enteng.

Sontak wajah penuh harap dari Arabella hilang begitu saja.

"Bercanda." Sanggah laki-laki itu cepat. "ayo ke dapur." Ajak Hilal sambil menepuk pelan tangan Arabella dari tubuhnya agar terlepas.

Terlewat senang, Arabella memeluk lengan Hilal sampai mereka tiba di dapur. Suaminya itu memang sangat pengertian, terkadang ego memang bisa terkalahkan oleh perasaan.

"Duduk aja. Biar aku yang rebus mienya." Hilal menarik kursi di meja makan untuk Arabella.

Setelah mengambil satu mie instan kuah dari dalam lemari di dapur itu, Hilal mulai menyalakan kompor dengan air di dalam panci.

HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang